- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Tanda Penerimaan Amal Ibadah

Google Search Widget

Penerimaan atau penolakan amal ibadah merupakan hal yang sulit diukur. Manusia, siapapun dia, tidak berhak menjatuhkan putusan atas penerimaan atau penolakan amal orang lain atau dirinya sendiri. Namun, ada tanda-tanda yang dapat menunjukkan penerimaan Allah (SWT) atas amal kita. Syekh Ibnu Athaillah (RA) menyebutkan tanda-tanda tersebut dalam hikmah yang berbunyi, “Siapa yang memetik buah dari amalnya seketika di dunia, maka itu menunjukkan Allah menerima amalnya.”

Syekh Ahmad Zarruq menjelaskan bahwa buah dari amal dapat berbentuk kemaslahatan baik di bidang keagamaan maupun duniawi. Secara konkret, ia menyebutkan bahwa buah dari amal yang pertama adalah kebahagiaan hidup, yang diukur dengan perasaan bebas dari kekhawatiran dan kesedihan. Ia mengungkapkan, “Menurut saya, buah amal itu adalah faidah keagamaan dan keduniaan apapun yang muncul dari amal tersebut. Buah dari amal itu hanya terdiri atas tiga bentuk: pertama, munculnya kebahagiaan karena sirnanya kekhawatiran dan kesedihan.”

Syekh Zarruq mengutip Surat Yunus ayat 62-64 yang menyatakan bahwa para wali Allah tidak dihinggapi kekhawatiran dan kesedihan. Mereka yang beriman dan bertakwa akan menerima kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Buah amal yang kedua adalah ketenangan hidup, yang ditandai dengan keridhaan batin dan sifat qana‘ah atas segala pemberian Allah. Dalam hal ini, Syekh Zarruq mengutip Surat An-Nahl ayat 97 yang menjelaskan bahwa siapa saja yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, akan diberikan kehidupan yang baik.

Buah amal yang ketiga adalah keterbukaan rahasia atas penguasaan alam semesta. Syekh Zarruq mengutip Surat An-Nur ayat 55 yang menjanjikan kekuasaan di bumi bagi orang-orang beriman dan yang beramal saleh, serta mengganti ketakutan mereka dengan rasa aman. Ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki kunci untuk mendapatkan apa yang diinginkannya di dunia.

Selain itu, kenikmatan dalam menjalankan ibadah itu sendiri sudah merupakan buah dari amal. Dalam sebuah hadits shahih, seorang sahabat Rasulullah (SAW) menyatakan bahwa sebagian dari mereka ada yang telah merasakan “buah” amalnya, sementara yang lain, seperti Mush‘ab bin Umair (RA), wafat sebelum sempat mencicipi buah dari amalnya. Salah satu bentuk ketenangan hidup adalah merasakan kelezatan aktivitas ibadah. Dengan demikian, kelezatan aktivitas ibadah itu sendiri bisa dianggap sebagai bentuk dari buah amal, bukan sekadar aktivitasnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?