Sadar akan karunia Allah merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Namun, kesadaran akan nikmat yang diberikan Allah sering kali muncul dalam dua kondisi yang berbeda. Sebagian orang menyadari nikmat tersebut ketika masih dapat menikmatinya, sementara yang lain baru menyadarinya setelah nikmat itu hilang seiring berjalannya waktu.
Syekh Ibnu Athaillah (RA) menjelaskan dalam karya Al-Hikam bahwa, “Orang yang tidak menyadari kadar karunia Allah saat sedang menikmatinya, maka ia akan menyadarinya ketika karunia itu sudah raib.” Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak menyadari nikmat-nikmat yang mereka miliki hingga saat mereka kehilangan nikmat tersebut.
Syekh Zarruq memberikan contoh konkret mengenai hal ini. Ia menyatakan bahwa nikmat Allah sering kali tidak disadari hingga hilangnya nikmat tersebut. Misalnya, seorang anak yang sering ditegur oleh orang tuanya baru menyadari betapa berharganya keberadaan orang tua ketika mereka telah tiada. Begitu pula, seseorang yang tidak merasakan haus tidak akan dapat menghargai nikmat air seperti mereka yang berada di daerah tandus.
Nikmat seperti kesehatan, kemudahan, kesempatan, usia muda, dan kelapangan rezeki adalah beberapa contoh karunia Allah yang seharusnya disadari sejak dini. Dengan kesadaran ini, individu dapat beraktivitas dengan lebih positif. Namun, penting untuk diingat bahwa mereka yang terlambat menyadari nikmat Allah tetap dianggap bersyukur, meskipun kualitas syukur mereka berbeda dari mereka yang menyadarinya lebih awal.
Syekh Burhanuddin As-Syazili Al-Hanafi menegaskan bahwa ada dua cara orang menyadari nikmat Allah: melalui pengalaman langsung ketika nikmat itu masih ada, atau melalui kehilangan nikmat tersebut. Kesadaran yang muncul dari pengalaman langsung adalah bentuk syukur yang mendorong individu untuk mempertahankan dan meningkatkan nikmat, sedangkan kesadaran yang muncul dari kehilangan juga merupakan bentuk syukur yang mengharapkan kembalinya nikmat tersebut.
Kedua kelompok ini, baik yang menyadari nikmat sejak awal maupun yang terlambat, pada dasarnya sama-sama bersyukur. Namun, mereka yang terlambat menyadari nikmat Allah akan mengalami kerugian yang lebih besar, seperti penyesalan dan kesulitan dalam beraktivitas. Ketika kesehatan menurun, kondisi finansial memburuk, atau saat usia tidak lagi muda, mereka akan merasakan dampak dari ketidakmampuan untuk bergerak leluasa. Oleh karena itu, penting untuk selalu menyadari dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah sebelum semuanya terlambat.