Shalat bukan sekadar memenuhi syarat dan rukunnya secara formal, melainkan juga merupakan upaya untuk mencapai esensi yang lebih dalam. Setiap individu dituntut untuk tidak hanya melaksanakan kewajiban shalat, tetapi juga untuk melakukannya dengan kesempurnaan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam konteks ini, Ibnul Arabi menekankan pentingnya khusyuk dalam shalat, di mana ia menyatakan bahwa meskipun banyak orang yang menjaga kewajiban shalat, hanya sedikit yang melakukannya dengan kehadiran penuh.
Shalat adalah sarana bagi manusia untuk membersihkan diri dan membuka pintu ghaib, sehingga dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Hikam, shalat berfungsi sebagai pembersih hati dari dosa, mencegah perbuatan tercela, serta menghapus kesalahan. Dalam pelaksanaan shalat, seorang hamba berhadapan langsung dengan Allah SWT, tanpa perantara, dan melaksanakan tugas-tugas kehambaan dengan penuh kesadaran.
Melalui shalat, individu dapat merasakan kehadiran dan kuasa Allah SWT, yang pada gilirannya membuat mereka merasa takut dan malu untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Shalat juga merupakan kesempatan bagi manusia untuk berkomunikasi secara langsung dengan Sang Pencipta, menyadari posisi mereka yang lemah di hadapan Yang Maha Kuasa.
Dengan demikian, shalat bukan hanya sekadar ritual, tetapi merupakan sebuah pengalaman spiritual yang mendalam yang dapat membimbing individu menuju kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Wallahu a‘lam.