Syekh Ahmad Zarruq menjelaskan hubungan antara ibadah manusia dan konsep Islam, Iman, serta Ihsan. Dalam penjelasannya, Syekh Zarruq mengkategorikan ibadah manusia ke dalam tiga konsep dasar dalam agama Islam.
Pertama, ada orang yang mengandalkan amal (ibadah)-nya. Individu ini berpijak pada kelalaian dan berada di maqam Islam, di mana kecemasan dan harapnya tergantung pada fluktuasi amalnya. Orientasinya tertuju pada kecepatan amal untuk mengejar hari esok. Ciri orang ini sejalan dengan Surat Al-Hasyr ayat 18 yang mengingatkan manusia untuk mempertimbangkan apa yang telah dilakukan untuk hari esok.
Kedua, terdapat orang yang mengandalkan anugerah Allah. Mereka melihat anugerah-Nya dan berorientasi pada pembebasan dari daya dan upaya mereka. Dalam maqam iman, orang ini menyadari bahwa pasang surut ibadahnya bergantung pada kuasa Allah. Ciri khasnya adalah selalu memulangkan segala perkara kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah, yang sejalan dengan Surat An-Nahl ayat 53.
Ketiga, orang yang bersandar pada catatan nasib dan putusan azali. Mereka melihat aktivitas Allah dan berorientasi pada tauhid, berada di maqam Ihsan. Ciri orang ini adalah kepasrahan dan sikap diam atas ketetapan takdir, dengan harapan dan kecemasan yang seimbang dalam segala kondisi. Salah satu contoh orang di maqam ini adalah Nabi Muhammad (SAW), yang tercermin dalam Surat Al-An‘am ayat 91.
Syekh Ahmad Zarruq menyimpulkan bahwa mereka yang mencapai hakikat Islam tidak akan menurunkan frekuensi amalnya, yang mencapai hakikat Iman tidak akan memandang amalnya, dan yang mencapai hakikat Ihsan tidak akan melihat apapun selain Allah. Tiga kategori ini tidak dimaksudkan untuk menilai “level” orang lain, tetapi justru mengajak kita untuk bersikap moderat, menyadari bahwa Allah menciptakan manusia dengan perbedaan sesuai dengan maqamnya.