Salah satu ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia (hablun minannâs) adalah memberikan kebahagiaan atau menyenangkan hati umat Islam. Hal ini sangat dianjurkan, sebagaimana sabda Rasulullah (SAW): “Amalan yang paling dicintai Allah setelah amalan fardhu adalah menyenangkan kaum Muslim” (Imam Al Munawi, Faudhul Kabir, [Beirut, Darul Makrifah,] Juz 1, halaman 166).
Seorang Muslim juga dianjurkan untuk menyenangkan hati anak-anak. Rasulullah (SAW) sendiri memberikan contoh teladan bagaimana menyenangkan hati anak-anak. Dalam sebuah hadis, diceritakan bahwa Rasulullah (SAW) menghampiri seorang anak bernama Abu Umair yang sedang bersedih karena burung peliharaannya telah mati. Rasulullah (SAW) memperhatikan kesedihan anak tersebut dan bertanya, “Ada apa dengan dia?” (Imam Bukhari, Al-Adab Al-Munfarid, [Kairo, Darul Ma’arif: 1998], Juz I, halaman 458). Hadis ini menunjukkan perhatian Rasulullah (SAW) terhadap anak kecil yang sedang berduka serta upayanya untuk menghibur dan memanggilnya dengan panggilan yang baik. Anak-anak sebagai penyejuk mata berhak mendapatkan kesenangan, salah satunya dengan menghabiskan waktu bersama mereka, bermain, dan memberikan hadiah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah (SAW) juga menunjukkan kasih sayang kepada cucunya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau pernah mencari Hasan bin Ali di pasar dan ketika menemukannya, Rasulullah (SAW) memeluknya serta berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintai dia pula” (Ibn Mulqan, Taudhih li Syarhi Al-Jami’is Sahih, [Qatar, Wizarah Auqaf wa Syuun al Islamiyah bi Daulah Qatar: 2008], halaman 98). Keutamaan orang yang senantiasa menggembirakan hati anak-anak adalah ia akan mendapatkan tempat di akhirat yang penuh kebahagiaan. Diriwayatkan bahwa di surga terdapat rumah yang bernama rumah kegembiraan, dan hanya orang yang menggembirakan anak-anak kecil yang dapat memasukinya.
Imam A-Munawi menjelaskan perbedaan antara kegembiraan (farah) dan kesenangan (surur), bahwa kesenangan adalah kelapangan dada yang memberikan ketenangan jiwa, sedangkan kegembiraan adalah kelapangan dada yang datang dari kenikmatan fisik duniawi.
Keutamaan lain dari menyenangkan hati anak-anak adalah penghapusan dosa-dosa. Diceritakan tentang seseorang yang berlumuran dosa, namun Allah SWT mengampuni dosanya karena ia sering membuat anak kecil bahagia saat pulang ke rumah. Ketika ditanya oleh Rasulullah (SAW) mengenai alasan pengampunan tersebut, malaikat Jibril menjelaskan bahwa kebahagiaan anak kecil inilah yang menjadi sebab dosanya diampuni.
Memuliakan anak adalah bagian dari cinta orang tua kepada anak-anak mereka. Rasulullah (SAW) bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama” (Assanadi, Hasyiah Sanadi ala Ibn Majah, [Beirut, Darul Jail,] Juz II, halaman 391). Hadis-hadis ini mengisyaratkan betapa dekatnya Rasulullah (SAW) dengan anak-anak dan betapa pentingnya untuk menyenangkan hati mereka. Sebagai umat Rasulullah (SAW), sudah sepantasnya kita mempraktikkan sikap menyenangkan hati anak-anak dengan memberikan sesuatu, seperti hadiah atau kado.