Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa mereka yang banyak berbicara adalah orang hebat karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Namun, dalam ajaran Islam, diam dan menjaga lisan dianggap lebih baik karena memiliki sejumlah keutamaan. Imam al-Syafi’i dalam kitab al-Jawahir al-Lulu
iyyah fi Syarhi al-arba’in an-Nawawiyyah yang ditulis oleh al-Imam al-Allamah as-Syaikh Muhammad bin Abdillah al-Jardany menyebutkan bahwa salah satu manfaat menjadi orang yang sedikit bicara atau tidak banyak omong adalah dapat menambah kecerdasan akal. Beliau berkata, “Ada tiga hal yang dapat meningkatkan kecerdasan seseorang: berkumpul dengan ulama, berkumpul dengan orang-orang saleh, dan meninggalkan pembicaraan yang tidak berarti.”
Lebih lanjut, dalam penjelasannya, disebutkan bahwa siapa pun yang ingin mendapatkan hati yang bersinar hendaknya meninggalkan pembicaraan yang sia-sia. Imam al-Syafi’i juga menegaskan, “Barangsiapa yang menginginkan agar Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menyinari hatinya, maka hendaknya ia berhenti membicarakan hal yang bukan urusannya.”
Sayyidina Umar bin Khattab, khalifah kedua di masa Khulafaur Rasyidin, juga memberikan nasihat agar kita hemat dalam berbicara dan tidak ikut campur dalam urusan orang lain. Beliau menasihati seorang laki-laki dengan mengatakan, “Janganlah engkau berbicara terhadap apa yang bukan urusanmu, menjauhlah dari musuhmu, waspadalah terhadap temanmu yang dapat dipercaya—sebab tidak ada orang yang dapat dipercaya kecuali orang yang bertakwa kepada Allah. Jangan bergaul dengan orang yang bermaksiat agar tidak terpengaruh oleh maksiatnya, jangan membocorkan rahasiamu kepadanya, dan jangan berdiskusi tentang urusanmu kecuali dengan orang-orang yang bertakwa kepada Allah (Azza Wajalla).”
Dalam haditsnya, Rasulullah (SAW) juga menekankan pentingnya memilih untuk diam jika tidak bisa berkata yang baik. Dalam hadits kelima belas dari kitab al-Arba’in an-Nawawiyyah karya Imam Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, disebutkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau memilih untuk diam.” Pesan ini sangat jelas: umat Islam dianjurkan untuk menghemat bicara jika tidak bisa menyampaikan hal-hal yang baik. Pernyataan ini dimulai dengan kalimat “man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir,” menunjukkan bahwa jika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, ia seharusnya melaksanakan ajaran tersebut.
Imam al-Ghazali juga memberikan pesan untuk menjaga lisan agar tidak merusak urusan kita. Beliau berkata, “Jangan membesar-besarkan lisanmu, jangan sampai mereka merusak urusanmu.” Rasulullah (SAW) bersabda, “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.”
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita berusaha menjaga lisan agar diri kita mendapatkan kebaikan dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.