Nabi Muhammad (SAW) adalah rahmat terbesar Allah SWT bagi umat Islam. Kehadiran Rasulullah membawa ajaran Islam yang sempurna, yang dapat membimbing umat ke jalan keselamatan. Oleh karena itu, merayakan Maulid Nabi (SAW) merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan rasa bahagia atas rahmat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, perayaan ini juga merupakan bentuk rasa syukur dari umat atas kelahiran beliau. Rasa syukur tersebut dapat diungkapkan melalui berbagai cara, seperti mengadakan majelis taklim, membaca Maulid Diba’i, bersedekah, memperbanyak shalawat, dan lain sebagainya.
Menurut ulama, ada beberapa keutamaan dalam merayakan Maulid Nabi. Pertama, orang yang merayakan Maulid akan dikumpulkan dengan para syuhada dan orang-orang shalih di akhirat. Hal ini dijelaskan oleh Imam Yafi’i dalam kitab I‘anatut Thalibin, bahwa orang yang memperingati Maulid Nabi akan mendapatkan pahala yang besar, bahkan bisa sampai ke surga. Imam Yafi’i menyatakan bahwa orang yang mengumpulkan saudara-saudara untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad (SAW), menyediakan makanan, tempat, melakukan kebaikan, dan menjadi sebab dibacanya Maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkannya di hari kiamat bersama orang-orang shalih dan berada di surga.
Kedua, mereka yang merayakan Maulid Nabi akan dianugerahi surga dari Allah. Sirri al-Saqati menjelaskan bahwa orang yang menuju ke tempat untuk membaca Maulid Nabi Muhammad (SAW) dengan niat ikhlas dan cinta kepada Nabi, telah menuju ke taman surga. Karena mereka tidak menuju tempat tersebut kecuali karena cinta kepada Nabi. Nabi Muhammad (SAW) bersabda, “Barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.”
Ketiga, merayakan Maulid Nabi juga mendatangkan ampunan dari siksa kubur serta meninggal dalam keadaan iman. Ulama sepakat bahwa Abu Lahab diringankan siksanya setiap hari Senin karena ia pernah bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad (SAW). Dalam riwayat Urwah bin Zubair, ketika Abu Lahab meninggal, ia didatangi oleh salah seorang keluarganya dalam mimpi dan ditanyai tentang keadaannya. Abu Lahab menjelaskan bahwa siksanya diringankan setiap hari Senin karena ia membebaskan budak wanita bernama Tsuwaibah yang telah menyusui Nabi Muhammad (SAW). Ini menunjukkan betapa besar kemuliaan Nabi Muhammad (SAW), sehingga bahkan orang yang tidak beriman kepada beliau pun dapat merasakannya. Oleh karena itu, seorang Muslim yang sepanjang hidupnya bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad (SAW) dan wafat dalam keadaan Islam pastilah akan mendapatkan kemuliaan yang jauh lebih besar.
Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi Muhammad (SAW) bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan ungkapan syukur yang mendalam atas kelahiran sosok yang membawa hidayah bagi umat manusia.