Kehidupan adalah perjalanan yang penuh warna dan tantangan. Dalam setiap langkahnya, manusia memerlukan pedoman, saran, dan nasihat bijak untuk menjalani hidup dengan makna. Habib Abdurrahman Shihab, seorang ulama dan tokoh spiritual terkemuka, memberikan nasihat tak ternilai kepada anak-anaknya, termasuk kepada putranya, Profesor Muhammad Quraish Shihab.
Nasihat-nasihatnya mencerminkan kebijaksanaan serta pemahaman mendalam tentang agama, moralitas, dan tata nilai hidup. Berikut adalah beberapa nasihat penting yang diberikan oleh Habib Abdurrahman Shihab kepada anak-anaknya agar mampu menghadapi tantangan kehidupan.
Nasihat pertama yang disampaikan oleh Habib Abdurrahman adalah tentang berbakti kepada orang tua. Ia selalu menekankan kepada Quraish Shihab untuk senantiasa menghormati dan membahagiakan orang tua. “Anakku, berbaktilah pada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti padamu,” ucapnya. Salah satu contoh nyata dari nasihat ini adalah kebiasaan beliau mencium tangan ibundanya, Ummi Salma, setiap pagi meskipun dalam keadaan sakit. Setiap kali beliau melakukannya, Habib Abdurrahman selalu memohon agar dimaafkan atas segala kesalahannya sepanjang hidup. Balasan dari ibunya selalu penuh kasih, “Tidak sedikit dan sekecil apapun dosa yang engkau pikul wahai anakku,” ucapnya dalam bahasa Makassar.
Rasa bakti dan kasih sayangnya tidak hanya ditujukan kepada ibunya, tetapi juga kepada ayahnya, Habib Ali. Meskipun sudah yatim sejak kecil, baktinya kepada ayahnya tetap terjaga. Dalam penuturan Profesor Quraish Shihab, Habib Abdurrahman rutin mengirimkan al-Fatihah untuk ayahandanya setelah shalat dan senantiasa mendoakan orang tuanya yang telah meninggal.
Nasihat kedua adalah tentang menghormati leluhur. Menghormati leluhur merupakan bentuk penghormatan kepada akar dan sejarah kita. Hal ini juga menjadi cara untuk menyatukan generasi yang berbeda dalam harmoni. Prof. Quraish Shihab masih mengingat pesan ayahnya mengenai pentingnya menghargai jasa leluhur. “Ada rantai emas yang menghubungkan kita dengan leluhur, seyogianya dijaga jangan sampai rantai itu putus,” ujarnya. Pesan ini ditekankan agar anak-anak memahami nilai-nilai positif dari leluhur mereka, seperti keberanian dan kejujuran.
Selanjutnya, Habib Abdurrahman sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dalam hidup. Ia menganggap ilmu sebagai cahaya yang membimbing manusia dalam kegelapan. Nasihatnya selalu menekankan bahwa ilmu lebih penting daripada harta. “Aba tidak akan meninggalkan harta untuk kalian, tetapi semoga bekal pendidikan dapat Aba usahakan, kalian harus lebih baik dari Aba,” demikian pesan beliau tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Dengan ilmu, seseorang akan memiliki derajat yang mulia dan perilaku yang baik.
Nasihat keempat adalah tentang pentingnya keharmonisan dalam bersaudara. Habib Abdurrahman mengingatkan anak-anaknya untuk tidak terpecah belah setelah kepergiannya, meskipun ada perbedaan pendapat atau masalah harta warisan. Ia mengajarkan bahwa persaudaraan adalah nilai yang harus dijunjung tinggi dan bahwa kita harus bersikap adil serta menghormati satu sama lain. “Belalah saudaramu, baik ia menganiaya maupun teraniaya,” ucap beliau menjelaskan bahwa mencegah penganiayaan adalah bagian dari membela saudara.
Nasihat bijak Habib Abdurrahman Shihab mencerminkan kearifan mendalam dalam memandang kehidupan. Nilai-nilai agama, moralitas, dan kemanusiaan menjadi pondasi bagi setiap nasihat tersebut. Kehidupan memang sebuah perjalanan yang unik, dan nasihat-nasihat ini memberikan panduan untuk menjalani perjalanan tersebut dengan bijaksana.
Habib Abdurrahman Shihab lahir di Makassar pada 15 Januari 1915 dan dikenal sebagai seorang da’i dan penceramah agama yang dihormati serta seorang profesor dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Beliau berasal dari keluarga ulama terkemuka di Indonesia dengan pengabdian yang besar dalam mendalami ilmu agama dan berkontribusi pada pembangunan spiritual masyarakat. Salah satu karya terkenalnya adalah buku “Anakku, Pelihara Rantai Emas Itu,” di mana beliau berbagi nasihat-nasihat berharga kepada anak-anaknya.
Selain itu, Habib Abdurrahman juga dikenal sebagai aktivis Islam yang mendirikan Jam’iyat Al-Ittihad wa al-Mu’awanah (JIWA), organisasi yang menyatukan masyarakat Arab tanpa memandang ras dan keturunan, serta berfokus pada pendidikan dan sosial. Organisasi ini berhasil menyatukan berbagai kalangan di Sulawesi Selatan sehingga tercipta harmoni antar keturunan Arab.