Orang-orang saleh menjalankan ibadah wajib serta ibadah sunnah dengan penuh kesungguhan. Mereka tidak melewatkan ibadah sunnah seperti puasa, shalat rawatib, shalat tahajud, shalat witir, shalat tarawih di bulan Ramadhan, sedekah sunnah, dan berbagai ibadah sunnah lainnya. Bagi mereka, sisa usia dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah, baik melalui ibadah wajib maupun sunnah, termasuk ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Orang-orang saleh senantiasa menyadari bahwa ibadah wajib yang mereka lakukan tidak pernah sempurna. Oleh karena itu, mereka tidak menganggap ibadah sunnah sebagai tambahan semata, melainkan sebagai pelengkap untuk menutupi kekurangan dalam ibadah wajib mereka. Pemahaman ini mencerminkan kesadaran akan ketidaksempurnaan dalam ibadah yang mereka lakukan, baik dari segi lahiriah (fiqhiyah) maupun batiniah (keikhlasan dan kekhusyukan).
Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani menjelaskan adab orang-orang saleh terhadap Allah SWT. Mereka memiliki sikap tawadhu (rendah hati) yang luar biasa dan tidak merasa bangga dengan kesempurnaan ibadah wajib yang telah dilaksanakan. Ibadah sunnah yang mereka kerjakan dipahami sebagai penambal untuk mengatasi kekurangan dalam ibadah wajib.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah kutipan, “Salah satu akhlak para wali adalah tidak melihat adanya ibadah sunnah sebagai tambahan, meskipun mereka beribadah sunnah hingga kaki mereka memar. Mereka memandang ibadah sunnah sebagai penambal kekurangan pada ibadah wajib mereka.”
Pandangan ini berbeda bagi hamba Allah seperti Nabi Muhammad (SAW) dan para nabi lainnya yang melaksanakan ibadah wajib dengan sempurna. Bagi mereka, ibadah sunnah memiliki makna sebagai tambahan hakiki di luar ibadah wajib. Begitu juga dengan para wali, di mana ibadah sunnah mereka berfungsi sebagai pelengkap untuk ibadah wajib yang masih memiliki ketidaksempurnaan. Jika ibadah wajib para wali itu sempurna, maka hal tersebut merupakan warisan dari para nabi dan rasul.
Ibadah sunnah sesungguhnya adalah milik mereka yang telah menyempurnakan ibadah wajib, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah, “Pada sebagian malam, hendaklah tahajud sebagai tambahan ibadah bagimu.” Allah menyebut tahajud sebagai ibadah tambahan bagi Nabi Muhammad (SAW) karena beliau telah menyempurnakan ibadah wajibnya tanpa kekurangan.
Sikap tawadhu ini tercermin dalam pandangan orang-orang saleh terhadap ibadah sunnah yang mereka jalankan. Wallahu a’lam.