Imam Abdul Wahhab As-Sya’rani mengutip pandangan Sahabat Ibnu Abbas yang menyatakan kemuliaan Ka’bah sebagai arah kiblat shalat umat Islam. Ka’bah menjadi simbol kebaikan yang menghubungkan manusia dengan Allah melalui ibadah shalat dan thawaf.
Rasulullah (SAW) menjelaskan bahwa shalat di Masjidil Haram, tempat Ka’bah berada, memiliki keistimewaan dibandingkan shalat di masjid lainnya. Ibadah di Masjidil Haram memiliki keutamaan berlipat ganda jika dibandingkan dengan ibadah di tempat lain.
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
Artinya, “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Sedangkan shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya,” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Namun, Sahabat Ibnu Abbas (RA) menyebutkan bahwa ada makhluk yang lebih utama daripada Ka’bah dan Masjidil Haram, yaitu manusia. Manusia, terutama orang mukmin, memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan istimewa di sisi Allah daripada Ka’bah dan Masjidil Haram.
وكان عبد الله بن عباس يقول أفضل الحسنات إكرام الجليس وكان ينظر إلى الكعبة ويقول إن الله حرمك وشرفك وكرمك والمؤمن أعظم حرمة عند الله تعالى منك
Artinya, “Sahabat Abdullah bin Abbas (RA) mengatakan, ‘Kebaikan paling utama adalah penghormatan terhadap teman duduk.’ Ibnu Abbas (RA) memandang Ka’bah dan berkata, ‘Sungguh Allah menghormati, mengagungkan, dan memuliakanmu (Ka’bah), tetapi orang mukmin lebih terhormat di sisi Allah darimu,’” (Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, Tanbihul Mughtarrin).
Surat Al-Isra ayat 70 juga menegaskan kemuliaan dan keistimewaan manusia secara umum. Allah meninggikan manusia sekian derajat di atas makhluk lain.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Pandangan Sahabat Ibnu Abbas (RA) ini bukan tanpa dasar. Surat Al-Mujadalah ayat 11 juga menyebutkan kemuliaan dan keistimewaan orang mukmin serta orang berilmu:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Pandangan Sahabat Ibnu Abbas (RA) dikutip oleh Imam As-Sya’rani dalam karyanya ketika menyebutkan akhlak para wali yang menaruh takzim dan menyukai kebaikan bagi orang yang beriman. Penghormatan terhadap orang mukmin merupakan salah satu syiar Allah.