- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kegembiraan Allah atas Tobat Hamba-Nya

Google Search Widget

Kisah ini menggambarkan betapa bahagianya Allah saat melihat hamba-Nya bertobat. Dalam cerita ini, terdapat seorang pria yang melakukan perjalanan seorang diri, membawa bekal makanan dan minuman di atas untanya. Ia melintasi padang pasir yang kosong dan tandus, di mana tidak ada makanan atau minuman sedikit pun. Perjalanan ini sungguh mengancam keselamatannya.

Dalam riwayat disebutkan bahwa wilayah tersebut hanya dapat dilalui oleh orang yang benar-benar menguasai medan dan jalan-jalan di dalamnya. Bekal makanan dan minuman yang dibawa haruslah cukup untuk menempuh perjalanan yang sulit ini.

Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, pria itu akhirnya melihat sebuah pohon. Ia menghampiri pohon tersebut dan berteduh di bawahnya. Rasa lelah dan lapar membuatnya tidak bisa menunda waktu istirahat. Namun, rasa lelah dan lapar itu segera sirna, digantikan oleh rasa kantuk yang sangat berat, hingga ia tertidur.

Tanpa disadari, saat pria itu terpejam, untanya terlepas. Ketika terbangun, ia terkejut dan bingung karena tidak menemukan untanya. Ia tidak hanya kehilangan bekal makanan, tetapi juga kehilangan kendaraan untuk melanjutkan perjalanan. Dalam medan yang kosong dan tandus seperti itu, perjalanan dengan berjalan kaki terasa mustahil.

Pria itu berusaha mencari ke sana kemari tetapi tidak menemukannya. Akhirnya, ia kembali ke tempat semula. Saking lelahnya mencari, ia tertidur pulas lagi.

Ketika terbangun dan duduk lesu, untanya tiba-tiba datang kembali, lengkap dengan bekal makanan dan minumannya. Pria itu mendapati untanya menyodorkan tali kekangnya kepadanya.

Betapa gembiranya sang pria saat itu. Ia bersukacita karena selamat dari kelaparan dan bahaya. Saking senangnya, ia salah berucap: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu.”

Rasulullah (SAW) menyampaikan betapa gembiranya pria tersebut. Namun, lebih besar lagi kegembiraan Allah (SWT) ketika melihat hamba-Nya bertobat. Kegembiraan-Nya melebihi kegembiraan pria itu ketika menemukan kembali untanya dan bekal makanannya.

Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad:

“Allah lebih gembira atas tobat hamba-Nya daripada seorang pria yang membawa bekalnya di atas unta, kemudian terbangun dari tidurnya dan mendapati untanya hilang. Setelah mencarinya tanpa hasil, ia kembali ke tempat semula. Namun saat duduk, tiba-tiba untanya datang dan meletakkan tali kekangnya di tangannya.”

Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil:

  1. Hadits ini menunjukkan keutamaan bertobat, di mana Allah sangat senang atas tobat hamba-Nya, bahkan lebih senang daripada pria yang menemukan kembali untanya setelah sempat hilang.
  2. Hadits ini juga menetapkan sifat bahagia pada Allah, namun dengan cara yang layak dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat” (Q.S. al-Syura [40]: 11).
  3. Allah Maha Lemah Lembut dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Salah satu buktinya adalah kembalinya unta milik seorang pria setelah ia putus asa mencarinya.
  4. Kita harus berhati-hati dalam setiap urusan dan selalu waspada terhadap barang-barang yang dibawa dalam perjalanan.
  5. Allah tidak menghukum orang yang tidak sadar atau hilang kendali pikirannya akibat terlalu takut, senang, atau marah meski mengucapkan sesuatu yang salah.
  6. Contohnya adalah pria dalam kisah ini yang mengatakan: “Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu.” Seandainya dalam keadaan sadar, pernyataan tersebut dapat dianggap kufur kepada Allah. Wallahu a’lam.
Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?