- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Raja’ dan Khauf dalam Beramal

Google Search Widget

Salah satu motivasi utama dalam beramal baik adalah raja’ atau harapan kepada Allah. Sebaliknya, yang mendorong kita untuk menjauhi perbuatan dosa adalah khauf atau rasa takut kepada-Nya. Saat kita beramal baik, kita tidak dapat memastikan apakah amal tersebut diterima oleh Allah atau tidak. Demikian pula, ketika kita berbuat dosa dan kemudian bertobat, kita tidak tahu apakah kita akan mendapatkan ampunan-Nya.

Lantas, bagaimana cara kita mengembangkan raja’ dan khauf kepada Allah? Dalam kondisi apa kita seharusnya berharap dan merasa takut kepada-Nya?

Al-Muhasibi dalam kitab Adabun-Nufus menjelaskan bahwa raja’ adalah harapan kepada Allah agar amal kita diterima dan balasan-Nya diperoleh. Di sisi lain, ada rasa takut jika amal kita ditolak atau ada hal yang merusak balasannya. Ini adalah tingkatan raja’ yang paling dasar bagi seorang hamba saat beramal. Tingkatan raja’ yang lebih tinggi adalah bukan hanya berharap pahala atau surga, tetapi hanya berharap ridha Allah. Dengan ridha-Nya, di mana pun hamba ditempatkan, pasti akan meraih kebahagiaan. Tidak mungkin Allah menempatkan hamba-Nya di tempat yang dipersiapkan untuk mengadili mereka yang bermaksiat.

Lebih lanjut, al-Muhasibi menyebutkan bahwa ada tiga jenis orang yang memiliki raja’ kepada Allah. Pertama, orang yang beramal baik dengan kesungguhan dan ketulusan, semata-mata mengharap ridha-Nya serta memohon balasan amalnya. Ia berharap agar amal tersebut diterima dan mendapatkan kasih sayang Allah.

Kedua, orang yang beramal buruk lalu bertobat kepada Allah. Ia berharap agar tobatnya diterima dan mendapatkan ampunan serta magfirah dari Allah. Selain itu, ia berharap agar tidak dihukum atas dosa-dosanya.

Ketiga, adalah orang yang terus-menerus melakukan dosa tanpa bertobat, namun tetap berharap akan ampunan Allah. Tipe ini dianggap tertipu karena harapan dan cita-citanya tidak didasari niat untuk bertobat. Mereka ini menjauhkan diri dari kasih sayang Allah dan tidak menyadari posisi mereka yang rawan akan siksaan-Nya.

Oleh karena itu, ketika beramal baik atau bertobat, kita seharusnya berharap akan rahmat, ridha, dan ampunan Allah. Bahkan saat berbuat baik, kita juga harus merasa khauf jika amal kita ditolak atau tidak dicintai oleh-Nya. Rasa takut kepada Allah seyogianya lebih besar daripada harapan kita kepada-Nya. Meskipun kita melakukan amal baik, kita tetap perlu merenungkan apakah amal tersebut berada dalam ridha atau murka-Nya. Wallahu ‘alam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?