Hati atau rohani, seperti jasmani, juga memiliki kehidupan, kesehatan, kesakitan, dan kematiannya sendiri. Oleh karena itu, kehidupan rohani dan kesehatannya perlu dirawat agar tetap sensitif dalam membedakan yang hak dan yang batil. Hal ini penting agar batin kita memiliki sikap yang jelas dalam menilai kebenaran.
Syekh Ibnu Ajibah dalam Syarah Al-Hikam-Nya menyebutkan tiga hal yang dapat merawat dan menjaga kehidupan rohani seseorang. Tiga hal ini disebutkan ketika beliau menjelaskan tanda-tanda kematian kehidupan rohani seseorang.
Ia menyatakan: “Sebab yang menghidupkan hati terdiri atas tiga hal: zuhud di dunia, sibuk berzikir, dan persahabatan dengan para wali Allah.”
Zuhud itu sendiri merupakan kondisi batin yang tidak terpengaruh oleh ambisi harta duniawi. Imam Al-Ghazali mengambil contoh dari ulama besar dalam Islam, Imam Malik (RA), yang dikenal kaya raya namun tetap dermawan. Menurutnya, Imam Malik (RA) adalah sosok yang zuhud, di mana harta duniawi tidak memiliki tempat dalam hati dan pikirannya meskipun ia adalah seorang ulama besar.
Hal serupa juga berlaku bagi Nabi Sulaiman (AS), seorang penguasa dan orang kaya yang zuhud. Ia menunjukkan bahwa zuhud bukan berarti ketiadaan harta, melainkan kesucian hati dari kecintaan terhadap harta duniawi. Nabi Sulaiman (AS) tetap termasuk orang yang zuhud di tengah kemewahan kekuasaannya.
Syekh Abu Ishak Ibrahim bin Ahmad Al-Khawash juga menyebutkan lima obat untuk hati yang sakit dan berkarat. Pernyataan ini diabadikan oleh Imam Al-Qusyairi dalam Risalah-nya dan Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar, sebagai berikut: “Obat hati terdiri atas lima perkara: (1) membaca Al-Quran dengan penuh perenungan, (2) mengatur pola makan agar perut tidak kenyang, (3) bangun malam untuk beribadah, (4) merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam, dan (5) bergaul dengan orang-orang saleh.”
Melalui penjelasan para ulama tersebut, kita diajak untuk menjaga kesehatan rohani sama seperti kita menjaga kesehatan jasmani. Semua poin di atas dapat dijadikan pedoman dalam merawat kesehatan rohani agar batin kita tetap hidup dan sensitif dalam menangkap kebaikan serta cahaya ilahi.