Imam Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam menyebutkan bahwa tanda kematian dan kegelapan hati merupakan kebalikan dari tanda hati yang hidup dan terang. Dari sini, para ulama yang mengkaji Kitab Al-Hikam menjelaskan dua tanda yang menunjukkan hati seseorang masih hidup dan bercahaya.
Syekh Abdullah bin Hijazi As-Syarqawi menjelaskan bahwa hati yang hidup disinari oleh cahaya ilahi. Tanda hati yang hidup berlawanan dengan tanda hati yang mati, kering, dan gelap. Hati yang hidup dan terang akan merasakan kebahagiaan atas perbuatan baik yang dilakukan serta kesedihan atas keburukan yang diperbuat.
“Dan tanda hidupnya (serta terangnya) hati karena cahaya ilahi, meskipun tidak terlihat karena ketebalan hijab, adalah kesedihanmu atas kesempatan ibadah yang terlewat dan penyesalanmu atas kesalahan yang kau lakukan. Sehingga kamu merasa sangat senang atas amal ibadah yang kamu lakukan dan merasa bimbang atas kesalahan,” (Syekh Ahmad Hijazi As-Syarqawi, Syarhul Hikam).
Syekh Ahmad Zarruq dalam Syarah Al-Hikam-nya menyatakan bahwa hati yang bersinar oleh cahaya ilahi akan merasakan derita akibat kemaksiatan yang dilakukan oleh fisiknya. Sebaliknya, ia akan merasakan kenikmatan dari ibadah dan berbagai kebaikan lainnya.
“Hati yang hidup adalah hati yang merasa pedih atas kemaksiatan lalu berusaha menghindarinya dan merasakan kenikmatan atas ketaatan sehingga berupaya mengejarnya karena ia merasakan kesakitan, kehinaan, rasa pahit, dan rasa manisnya,” (Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam).
Tanda hati yang hidup dan terang ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad (SAW) yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Musa Al-Asy’ari mengenai sifat orang beriman yang hatinya hidup, segar, dan terang.
“Nabi Muhammad (SAW) bersabda, ‘Siapa saja yang merasa senang oleh kebaikannya dan merasa susah oleh keburukannya, maka ia adalah orang yang beriman,’” (HR At-Thabarani).
Hati yang hidup dan terang mampu menilai kebaikan dan keburukan. Ia merasakan kelezatan dalam ibadah dan kepedihan akibat dosa. Hati yang hidup dan terang memiliki sensitivitas spiritual yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, agama mengajak kita untuk merawat kehidupan hati yang sensitif secara spiritual dengan melakukan amal saleh. Agama juga mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan hati dari kegelapan dan kekeringan spiritual yang disebabkan oleh dosa serta buruk sangka kepada Allah.