Manusia diciptakan dalam bentuk yang sangat sempurna, sebagaimana firman Allah, fi ahsanit taqwim. Salah satu kesempurnaan tersebut adalah memiliki lisan yang dapat berkata-kata. Lisan adalah organ tubuh yang sangat penting untuk berdzikir kepada Allah, mengucapkan kalimat syahadat, serta berinteraksi dengan sesama manusia. Namun, di balik potensi positifnya, lisan juga dapat mendatangkan petaka yang besar. Oleh karena itu, Nabi Muhammad (SAW) berulang kali memperingatkan umatnya untuk menjaga lisan.
Rasulullah (SAW) bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَومِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَسْكُتْ.
Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah hendaklah bertutur kata yang baik atau diam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Kisah Mu’adz bin Jabal
Suatu ketika, Mu’adz bin Jabal merasa heran ketika Nabi (SAW) memerintahkannya untuk menjaga lisan sebagai amal yang dapat menyelamatkan manusia. “Masak kita akan disiksa hanya karena omongan saja?”, tanya Mu’adz penasaran. Nabi (SAW) menjawab tegas, “Aneh kamu, bukankah yang membuat manusia dilemparkan ke neraka dengan wajah-wajah mereka adalah ucapan-ucapan dosanya?” (HR At-Tirmidzi).
Tips Menjaga Lisan ala Abu Bakar dan Umar
Mengingat betapa besar bahaya yang ditimbulkan oleh lisan, para ulama sangat berhati-hati dalam menjaganya. Sayyidina Umar bin Al-Khattab (RA) misalnya, sering mengemut atau mengulum batu agar tidak mengucapkan perkataan yang tidak perlu, yang tidak mendatangkan keuntungan dunia atau akhirat.
Sayyidina Abu Bakar (RA) juga melakukan hal serupa. Diriwayatkan bahwa ia mengemut batu selama 12 tahun untuk menjaga lisannya dari perkataan-perkataan yang tidak berguna. Ia hanya mengeluarkan batu dari mulutnya saat shalat, makan, dan tidur. Bahkan, ia berdoa:
لَيتني كنت أخرس إلا عن ذكر الله.
Artinya: “Semoga diriku bisu kecuali dari dzikir kepada Allah.”
Teladan para sahabat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan. Trik sederhana yang mereka lakukan secara konsisten berhasil membuat mereka selamat dari berbagai bahaya lisan yang merusak.
Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjaga lisan kita dari ucapan yang tidak bermanfaat? Wallahu musta’an.