Indonesian
 - 
id

Bermaaf-maafan saat Lebaran dalam Pandangan Gus Mus

Google Search Widget

Bermaaf-maafan adalah hal yang tidak selalu mudah bagi sebagian orang. Ketika hati sudah terluka, baik memohon maupun memberi maaf bisa menjadi tantangan tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maaf diartikan sebagai pembebasan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan, ungkapan permintaan ampun, atau permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Dalam konteks ini, kita lebih menyoroti makna pembebasan dari kesalahan dan permintaan ampun.

Saat Idul Fitri, momen bermaaf-maafan menjadi tradisi yang penting. Umat Islam saling memohon dan memberikan maaf satu sama lain, terutama setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dalam hadits, disebutkan bahwa orang yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan kepada Allah akan diampuni dosa-dosanya yang lalu. Namun, hubungan antarmanusia tidak selesai hanya dengan berakhirnya puasa.

KH Ahmad Mustofa Bisri, yang akrab disapa Gus Mus, dalam tulisannya tentang Idul Fitri, menekankan bahwa dosa kepada sesama manusia lebih berat dan sulit untuk diampuni dibandingkan dosa kepada Allah. Meskipun Allah memberikan banyak jalan untuk mengampuni dosa, seperti beristighfar, beribadah, dan berbuat baik, mencari maaf dari manusia sering kali lebih rumit. Kesalahan kecil bisa menjadi masalah besar yang sulit dimaafkan, bahkan tindakan yang tidak sengaja pun sering kali menimbulkan kesulitan dalam meminta maaf.

Gus Mus menyatakan bahwa Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk meminta dan memberi maaf. Di hari raya ini, hati manusia terasa lebih lapang, dan bahkan orang yang paling keras sekalipun bisa lebih mudah meminta maaf dan memaafkan. Ia berpendapat bahwa perasaan lega setelah berpuasa dan menjauh dari dosa kepada Allah dapat menciptakan suasana yang mendukung saling memaafkan.

Ia juga mengingatkan bahwa manusia perlu saling menghormati dan menghargai. Ibadah ritual saja tidak cukup; hubungan sosial juga harus dijaga. Dalam sebuah hadits, dinyatakan bahwa seseorang bisa merugi karena pahala amal ibadahnya habis akibat tindakan buruk terhadap orang lain. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi momen penting untuk kembali ke fitrah, lepas dari dosa, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Tradisi lebaran di Indonesia mendukung semangat ini, menjadikannya sebagai kesempatan untuk memperkuat tali persaudaraan dan saling memaafkan. Semoga kita semua dapat memanfaatkan momentum lebaran ini untuk benar-benar lepas dari dosa dan kembali kepada fitrah. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.