Usaha untuk memiliki akhlak mulia, akhlak terpuji, atau husnul khuluq bukanlah jalan yang mudah. Proses ini dipenuhi dengan rintangan dan ujian yang tidak sedikit. Akhlak yang mulia mencerminkan kesempurnaan keimanan seseorang. Rasulullah (SAW) menegaskan hal ini dalam sabdanya:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم أخلاقا
Artinya: “Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya juga menyebutkan bahwa ujian terberat bagi orang yang berusaha menuju akhlak mulia adalah bersabar atas perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan. Beliau menjelaskan:
وأولى ما يمتحن به حسن الخلق الصبر على الأذى واحتمال الجفاء
Artinya: “Ujian terberat untuk berakhlak mulia adalah bersabar atas tindakan yang tidak menyenangkan dan menerima perlakuan kasar dari orang lain.”
Imam Al-Ghazali menekankan bahwa orang yang mengadukan buruk akhlak orang lain sebenarnya menunjukkan keburukan akhlaknya sendiri, karena akhlak terpuji mengharuskan seseorang untuk menanggung tindakan orang lain yang tidak menyenangkan.
Kisah Rasulullah (SAW)
Salah satu contoh nyata dari akhlak mulia Rasulullah (SAW) adalah ketika seorang Badui menarik selendang beliau dengan kasar, hingga meninggalkan bekas di lehernya. Rasulullah (SAW) tidak marah, melainkan memaafkannya dan dengan sabar mendengarkan permintaannya. Sahabat Anas bin Malik (RA) menyaksikan peristiwa ini dan mengungkapkan bagaimana tepi selendang yang kasar itu membekas di leher Rasulullah.
Dalam riwayat lain, ketika kaum Quraisy semakin keras terhadap beliau, Rasulullah (SAW) membalas dengan doa agar Allah mengampuni dan memberikan hidayah kepada mereka. Beliau bersabda, “Ya Tuhanku, ampunilah kaumku karena sungguh mereka adalah orang-orang yang belum mengerti.” (HR Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi dari Sahal bin Sa’ad).
Akhlak mulia Nabi Muhammad (SAW) mendapatkan pujian Allah, sebagaimana tertera dalam Surat Al-Qalam ayat 4:
سُوْءَا أَنتَ
Artinya: “Sungguh, kamu (Muhammad) orang yang berakhlak mulia.”
Dengan demikian, untuk mencapai akhlak yang mulia, kita perlu bersabar dan menahan diri dari reaksi negatif terhadap perlakuan orang lain. Semoga kita dapat meneladani akhlak Rasulullah (SAW) dalam kehidupan sehari-hari dan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas akhlak kita. Wallahu a’lam.