Akhlak tercela adalah sifat yang sangat buruk dan merusak, tidak peduli apa pun agamanya. Siapa pun yang memiliki akhlak tercela akan dikecam oleh masyarakat. Sifat ini dapat merusak lingkungan, baik itu di masyarakat, tempat kerja, pendidikan, maupun komunitas sosial lainnya.
Ahnaf bin Qais, seorang komandan militer dari generasi tabi’in yang lahir di masa Nabi Muhammad (SAW), menyebutkan bahwa akhlak tercela dan mulut kasar adalah penyakit paling berbahaya. Dalam kitab Al-Mawardi, ia berkata:
ألا أخبركم بأدوأ الداء؟ قالوا بلى قال الخلق الدني واللسان البذي
Artinya: “Maukah kalian kutunjuki penyakit paling berbahaya? ‘Tentu,’ jawab muridnya. ‘Akhlak tercela yang rendah dan mulut kasar,’ jawab Ahnaf.”
Akhlak tercela tidak hanya mempengaruhi hubungan sosial, tetapi juga berpotensi menjauhkan seseorang dari rezeki. Orang yang berperilaku buruk biasanya membuat orang lain merasa tidak nyaman dan memilih untuk menjaga jarak. Jarak ini dapat menyebabkan jalan rezeki menjadi sepi.
Sebagaimana dinyatakan oleh orang bijak:
من ساء خلقه ضاق رزقه
Artinya: “Siapa saja yang buruk akhlaknya, niscaya akan sempit rezekinya.” (Al-Mawardi).
Sebaliknya, akhlak terpuji membawa kebahagiaan, kelapangan hati, dan ketenangan batin. Akhlak baik tidak hanya memberikan keselamatan bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Sebagian orang bijak juga mengatakan:
الحسن الخلق من نفسه في راحة، والناس منه في سلامة والسيئ الخلق الناس منه في بلاء ، وهو من نفسه في عناء
Artinya: “Akhlak terpuji itu sendiri berada dalam kebahagiaan. Orang yang berakhlak terpuji berada dalam keselamatan, sedangkan orang yang berakhlak tercela berada dalam musibah. Ia sendiri berada dalam kesulitan.” (Al-Mawardi).
Nasihat-nasihat ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjauhkan diri dari akhlak tercela. Dengan berusaha untuk memiliki akhlak yang baik, kita tidak hanya akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan batin, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Wallahu a’lam.