Pujian terhadap orang lain, terutama di hadapan orang yang dipuji, sering kali menimbulkan perdebatan di kalangan umat Islam. Dalam konteks ini, terdapat hadits-hadits yang tampak saling bertentangan. Di satu sisi, ada hadits yang melarang memberikan pujian di hadapan orang yang dipuji, dan di sisi lain, ada hadits yang membolehkan tindakan tersebut.
Salah satu hadits yang sering dirujuk untuk melarang pujian di hadapan orang lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh Hammam bin al-Harith (RA):
إذا رأيتم المداحين فاحثوا في وجوههم التراب
Artinya: “Jika kamu melihat orang yang memuji, maka taburkanlah debu di wajahnya.” (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh merasa senang dengan pujian dari orang lain, dan sebaiknya tidak memberikan pujian di hadapan orang yang dipuji.
Namun, ada hadits lain yang menunjukkan bahwa pujian itu diperbolehkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Amir bin Sa’d (RA), Rasulullah (SAW) mengakui bahwa ‘Abdullah bin Salam adalah calon penghuni surga, yang merupakan pujian luar biasa bagi sahabat tersebut.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa larangan tersebut berlaku jika pujian dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang dipuji, seperti menimbulkan rasa riya atau ujub. Pujian yang tidak berlebihan dan tidak membahayakan orang yang dipuji, serta dapat memotivasi kebaikan, justru dianjurkan.
Syarat-syarat Pujian yang Diperbolehkan
- Tidak Menimbulkan Dampak Negatif
Pujian tidak boleh menyebabkan orang yang dipuji merasa sombong atau kehilangan keikhlasan dalam berbuat kebaikan. - Faktual
Pujian harus bersifat faktual dan tidak berlebihan, sehingga tidak menjadi kebohongan yang bertujuan untuk mengangkat citra seseorang yang sebenarnya tidak baik. - Tidak kepada Orang yang Ujub
Pujian kepada orang yang suka menyombongkan diri sebaiknya dihindari, karena dapat memperburuk sikap sombongnya. - Memotivasi
Pujian sebaiknya dapat memotivasi orang yang dipuji untuk menjadi lebih baik, baik dalam ketakwaan kepada Allah, rasa percaya diri, atau prestasi.
Dengan memahami syarat-syarat ini, kita dapat memberikan pujian yang bermanfaat dan menghindari dampak negatif. Pujian yang dilakukan dengan cara yang baik akan mendatangkan maslahat dan mempererat hubungan sosial antar sesama. Semoga kita dapat menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai orang tua, guru, maupun dalam interaksi sosial lainnya. Wallahu a’lam.