Riyadhah merupakan proses penempaan diri untuk penguatan spiritual. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, riyadhah diartikan sebagai latihan, yaitu berusaha mengekang hawa nafsu, termasuk membatasi konsumsi makanan. Imam Al-Ghazali menyebutkan empat jalan riyadhah yang berfungsi untuk mengendalikan nafsu dan memperkuat spiritualitas seseorang.
- Pengendalian Konsumsi Makanan: Mengurangi asupan makanan membantu meredam gejolak syahwat. Dengan sedikit makan, seseorang dapat mengurangi keinginan yang berlebihan dan menjaga keseimbangan jiwa.
- Pengurangan Jam Tidur: Mengurangi waktu tidur dapat menyucikan kehendak dan pikiran. Tidur yang berlebihan dapat membuat seseorang menjadi malas dan tidak produktif dalam beribadah.
- Pembatasan Hasrat untuk Bicara: Mengurangi bicara di luar kepentingan membantu menjaga keselamatan dari bencana dan kecelakaan. Dengan sedikit bicara, seseorang dapat lebih fokus pada hal-hal yang bermanfaat dan terhindar dari gosip atau pembicaraan yang tidak perlu.
- Menelan Pahitnya Tindakan Orang Lain: Menghadapi perilaku menyakitkan dari orang lain dengan sabar dapat membawa seseorang menuju tujuan spiritual yang lebih tinggi. Menahan diri dari membalas dengan kebencian adalah bagian dari pengendalian nafsu.
Imam Al-Ghazali menekankan bahwa riyadhah dan mujahadah tidaklah mudah; keduanya memerlukan kekuatan batin untuk menghadapi berbagai ujian. Seseorang harus mampu menahan diri dari membalas tindakan yang kurang menyenangkan. Dalam hal ini, bersikap pemaaf adalah hal yang sangat berat, tetapi sangat penting.
Yahya bin Muadz mengumpamakan nafsu sebagai musuh yang harus diperangi, dan senjata yang ampuh dalam menghadapi nafsu adalah riyadhah. Dengan demikian, riyadhah dan mujahadah menjadi kunci dalam mengendalikan hawa nafsu dan menghadapi tekanan dalam diri kita. Tanpa pengendalian, kita berisiko terjerumus dalam perbuatan tercela yang dapat menyebabkan penyesalan.
Allah berfirman bahwa menahan nafsu dari dorongan-dorongan adalah bagian dari takwa. Dalam konteks ini, Rasulullah (SAW) menyatakan bahwa orang beriman menghadapi lima tantangan, termasuk nafsu yang bertikai dengan dirinya. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad (SAW) menyambut pasukan yang pulang dari perang dengan menyatakan bahwa mereka kembali dari “perang kecil menuju perang besar,” yang dimaksudkan adalah perang melawan nafsu.
Imam Al-Ghazali juga mengutip pernyataan Rasulullah (SAW) bahwa pejuang sejati adalah mereka yang berjuang melawan nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, riyadhah menjadi proses penting dalam membentuk karakter dan spiritualitas seseorang, serta mengendalikan nafsu dalam berbagai bentuknya. Keempat jalan riyadhah yang diajarkan oleh Imam Al-Ghazali merupakan metode yang telah digunakan oleh umat-umat rasul terdahulu untuk mencapai kesucian jiwa dan kedekatan dengan Allah. Wallahu a’lam.