Amarah adalah emosi yang wajar dialami oleh setiap manusia, namun jika tidak dikelola dengan baik, ia dapat mengarah pada tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Imam Al-Ghazali memberikan panduan bagi mereka yang sedang marah agar tidak bertindak impulsif dan menyesal kemudian. Menurutnya, peredam kemarahan adalah ilmu dan amal tertentu yang dapat membantu seseorang mengatasi gejolak emosi.
Imam Al-Ghazali menyebutkan enam pendekatan ilmu untuk meredakan amarah:
- Mengingat Al-Qur’an dan Hadits: Mengingat keutamaan menahan marah dapat mendorong seseorang untuk tidak melampiaskan kemarahan. Contohnya, ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz marah kepada seorang warganya, ia menahan kemarahan setelah mendengar bacaan Surat Ali Imran yang menyebutkan sifat-sifat orang bertakwa, termasuk mereka yang menahan marah.
- Menakuti Diri dengan Murka Allah: Seseorang perlu mengingat bahwa kekuasaan Allah lebih besar daripada kemarahannya. Dengan merenungkan bahwa melampiaskan kemarahan dapat mendatangkan murka Allah, seseorang akan lebih memilih untuk menahan diri.
- Mengingat Dampak Permusuhan: Menyadari bahwa permusuhan dan konflik berkepanjangan dapat merugikan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat, dapat menjadi motivasi untuk menahan kemarahan.
- Merenungkan Keburukan Diri Saat Marah: Ketika marah, seseorang dapat berubah menjadi sosok yang tidak terpuji. Dengan merenungkan hal ini, ia dapat memilih untuk mengelola kemarahan dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, seperti para nabi dan orang-orang saleh.
- Menakuti Diri dengan Siksa Allah: Menyadari bahwa kemarahan dapat mendatangkan siksa Allah dan bahwa setan sering menggoda untuk melampiaskan kemarahan dapat membantu seseorang untuk lebih sabar. Menahan marah karena Allah akan mendatangkan ganjaran di akhirat.
- Mengingat Kehendak Allah: Memahami bahwa murka Allah berjalan sesuai kehendak-Nya, bukan kehendak kita, dapat menumbuhkan rasa hormat kepada Allah. Seseorang seharusnya tidak merasa kehendaknya lebih utama daripada kehendak Allah.
Selain pendekatan ilmu, amal yang dapat dilakukan untuk meredakan kemarahan meliputi berdoa agar Allah meredakan emosi, berwudhu, duduk jika sebelumnya berdiri, atau berbaring jika sebelumnya duduk. Rasulullah (SAW) juga mengingatkan agar kita diam ketika marah, untuk menghindari tindakan ofensif.
Dengan demikian, saat menghadapi kemarahan, penting untuk mengontrol diri dan mengingat posisi kita sebagai makhluk yang penuh kekurangan. Pertanyaan “Memang kita ini siapa?” dapat membantu kita merenungkan kehinaan diri dan mengingat bahwa hanya Allah yang berhak atas kemarahan dan kebesaran-Nya. Wallahu a’lam.