Nabi Muhammad (SAW) adalah utusan Allah yang diberi amanah untuk menyampaikan risalah-Nya. Meskipun beliau adalah manusia yang dapat merasakan emosi, termasuk kemarahan, Nabi Muhammad (SAW) menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mengendalikan amarahnya. Abu Hurairah (RA) meriwayatkan beberapa tips yang dilakukan Nabi (SAW) ketika dilanda kemarahan.
Salah satu cara yang dilakukan Nabi (SAW) adalah mengubah posisinya dari berdiri menjadi duduk, atau dari duduk menjadi berbaring. Perubahan posisi ini bukan sekadar gerakan fisik, tetapi juga bertujuan untuk mengingatkan diri akan kerendahan dan kehinaan manusia, serta mengingat keutamaan menahan marah dan kebesaran ganjaran bagi mereka yang memaafkan. Perubahan posisi ini dapat diartikan sebagai isyarat sujud, di mana kepala, sebagai anggota tubuh yang paling terhormat, diletakkan di tanah, yang merupakan tempat terendah.
Nabi Muhammad (SAW) juga menganjurkan orang yang sedang marah untuk berta’awudz dan berwudhu. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Kemarahan itu adalah api yang menyala di dalam hati. Marah itu berasal dari setan. Setan diciptakan dari api, dan api dapat dipadamkan oleh air. Jika salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia berwudhu” (HR Abu Dawud).
Imam Al-Ghazali juga mengutip pesan Nabi (SAW) yang disampaikan kepada Ibnu Abbas (RA): “Bila kamu marah, diamlah.” Di sini, diam tidak hanya berarti membisu, tetapi lebih kepada menahan diri dari ucapan dan tindakan yang buruk. Menahan kemarahan adalah tindakan yang sangat dihargai oleh Allah, seperti yang dinyatakan dalam hadits: “Tidak ada tegukan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah melebihi tegukan seseorang menahan marah karena mengharapkan ganjaran Allah” (HR Bukhari).
Diam adalah jalan paling selamat dalam menghadapi kemarahan, karena ucapan dan tindakan yang dilakukan dalam keadaan marah sering kali dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Dengan mengikuti tips dan ajaran Nabi Muhammad (SAW), kita dapat belajar untuk mengendalikan emosi dan merespons situasi dengan lebih bijaksana. Wallahu a’lam.