Zikir memiliki posisi yang sangat penting dalam ibadah Islam, sebagaimana diungkapkan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits. Ia merupakan ibadah yang dapat dilakukan dalam berbagai kondisi dan waktu. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam karyanya “Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib” menyebutkan bahwa zikir adalah pokok syukur kepada Allah. Ia mengutip hadits Rasulullah (SAW) yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi: “Zikir adalah pokok syukur kepada Allah. Tidak bersyukur kepada Allah oleh mereka yang tidak berzikir.”

Dalam konteks ini, terdapat sebuah dialog menarik antara Nabi Musa (AS) dan Allah (SWT) yang diceritakan oleh Imam Al-Baihaqi. Dalam percakapan tersebut, Nabi Musa membuka pembicaraan dengan mengungkapkan rasa syukurnya atas nikmat yang diberikan Allah, dan meminta petunjuk agar dapat bersyukur dengan baik. Allah menjawab bahwa dengan banyak menyebut nama-Nya, Nabi Musa telah bersyukur. Namun, jika ia lupa, maka ia telah mengingkari nikmat Allah.

Dialog ini menegaskan pentingnya zikir sebagai bentuk syukur kepada Allah. Zikir tidak hanya sekedar ucapan, tetapi juga merupakan cara untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan berzikir, kita dapat mengingat nikmat yang telah diberikan dan menjaga diri dari sifat ingkar.

Imam Ibnu Qayyim juga menyebutkan bahwa ada sedikitnya 73 keutamaan zikir, yang salah satunya adalah sebagai pokok syukur kepada Allah. Dengan demikian, zikir menjadi salah satu amalan yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim, sebagai pengingat akan kebesaran dan kasih sayang Allah.

Melalui pembelajaran ini, kita diingatkan untuk selalu mengutamakan zikir dalam kehidupan sehari-hari, agar kita dapat meraih keberkahan dan rahmat dari Allah (SWT). Semoga kita senantiasa diberi kemampuan untuk mengingat-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita. Wallahu a’lam.