- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menguatkan Akhlak Rohani dalam Perspektif Tasawuf

Google Search Widget

Kehadiran tasawuf dalam ajaran Islam memiliki peran penting dalam memperkuat karakter religiusitas seseorang. Sisi rohani manusia memungkinkan mereka untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan Allah (SWT) dan juga dengan sesama. Dalam konteks ini, penting untuk menyeimbangkan antara nalar dan naluri, serta antara kecerdasan sosial dan spiritual.

Imam Al-Ghazali menekankan bahwa untuk memperbaiki diri dan mencapai kebahagiaan, seseorang perlu menyadari pentingnya akhlak dan budi pekerti yang luhur. Dalam bukunya “Yang Hilang dari Kita: Akhlak,” Quraish Shihab menyatakan bahwa akhlak yang baik adalah keniscayaan bagi manusia sebagai makhluk sosial. Semakin luhur akhlak seseorang, semakin mantap pula kebahagiaannya. Begitu juga dengan masyarakat; jika anggotanya kompak dalam melaksanakan nilai-nilai akhlak, maka kebahagiaan masyarakat tersebut akan semakin meningkat.

Tujuan kemanusiaan dan sosial tidak terlepas dari penyucian batin melalui perbuatan baik dan penguatan rohani. Melalui kajian tasawuf dan teladan para sufi, kita dapat belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik di tengah krisis kemanusiaan dan kemerosotan akhlak. Keseimbangan antara syariat dan hakikat sangat penting, agar adab tetap terjaga dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang berpengetahuan tetapi kurang berakhlak, sehingga penting untuk memahami tasawuf akhlaki yang dicetuskan oleh Imam Al-Ghazali.

Imam Al-Ghazali juga mengkritik para sufi yang menjauhkan diri dari syariat serta para fuqaha yang menafikan ilmu hakikat. Integrasi antara syariat dan hakikat adalah kunci untuk memahami agama dengan baik. Syariat tanpa hakikat kehilangan ruh, sedangkan hakikat tanpa syariat kehilangan arah. Keduanya saling melengkapi dalam dakwah Islam, seperti yang dilakukan oleh Wali Songo di Nusantara.

KH Achmad Siddiq, Rais ‘Aam PBNU, berpendapat bahwa pendekatan kesufian dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan konflik antar umat Islam. Kesufian merangkul semua umat manusia tanpa memandang perbedaan suku, ras, atau agama. Dalam tasawuf, setiap makhluk dipandang sama, dan perbedaan hanyalah perbedaan artifisial yang tidak boleh menghambat persaudaraan.

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran tasawuf, kita dapat memperkuat akhlak rohani kita, menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah dan sesama, serta menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 6

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?