- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menghindari Jebakan Riya’ dalam Beramal

Google Search Widget

Riya’ atau pamer dalam beramal adalah salah satu penyakit hati yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa menghindar dari jebakan riya’ bukanlah hal yang mudah, karena ini melibatkan perjuangan melawan dorongan dari dalam diri sendiri. Dalam konteks ini, ia menekankan pentingnya kesadaran dan pengendalian diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang merugikan.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ada enam tempat yang berpotensi menumbuhkan riya’ dalam diri seseorang:

  1. Dalam Bentuk Badan dan Raut Muka: Beberapa orang mungkin berusaha menunjukkan penampilan fisik yang lemah atau sedih untuk terlihat sebagai ahli ibadah. Hal ini adalah bentuk riya’ yang harus dihindari.
  2. Dalam Penampilan: Misalnya, seseorang yang mencukur kumis atau menundukkan kepala saat berjalan agar terlihat lebih menarik dan berwibawa. Ini juga termasuk dalam kategori riya’.
  3. Dalam Gaya Pakaian: Memilih pakaian yang mencolok atau lusuh dengan tujuan untuk terlihat lebih sufi atau bersahaja dapat menjadi jebakan riya’ yang harus diwaspadai.
  4. Dalam Ucapan: Banyak dai atau orang alim yang terjebak dalam riya’ ketika lebih suka berbicara daripada mendengarkan. Nabi Muhammad (SAW) mengingatkan bahwa ini adalah salah satu ujian besar bagi seorang alim.
  5. Dalam Perbuatan: Memperlama rukuk dan sujud, atau melakukan amal ibadah lainnya dengan niat untuk dipuji, adalah bentuk riya’ yang harus dihindari.
  6. Karena Banyaknya Murid dan Teman: Seseorang mungkin merasa bangga menunjukkan kedekatannya dengan para ulama atau guru, yang dapat menjadi sumber riya’ dalam dirinya.

Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa beramal lillahi ta’ala, murni karena Allah semata, memang tidak mudah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh egoisme, kesombongan, dan godaan dunia yang sering kali menghalangi kemurnian ibadah. Namun, sebagai hamba Allah, kita tidak boleh berkecil hati.

Upaya untuk membenahi diri harus terus dilakukan, meskipun kita terjangkit riya’ saat beramal. Kuncinya adalah tidak berhenti beramal, meskipun kita merasa belum sepenuhnya ikhlas. Dengan terus berusaha, hati kita akan stabil, dan kita tidak akan lagi merasa perlu untuk dilihat oleh orang lain.

Akhirnya, penting bagi kita untuk meningkatkan kualitas spiritual melalui pembelajaran, mengaji kepada para ustadz, dan berinteraksi dengan orang-orang baik. Dengan cara ini, kita dapat menjaga diri dari jebakan riya’ dan terus berusaha untuk beramal dengan ikhlas. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?