Keikhlasan dalam beramal adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Namun, sering kali kita menemukan bahwa ada anggapan bahwa ikhlas harus selalu terhindar dari pujian dan kompensasi. Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa hal ini tidak sepenuhnya benar. Dalam konteks ini, kita perlu memahami bahwa keikhlasan adalah urusan yang sangat pribadi dan tidak bisa dihakimi oleh orang lain.
Imam Al-Ghazali menekankan bahwa untuk memperbaiki diri, seseorang perlu mengenali kekurangan dan aib dalam dirinya. Sering kali, kita lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada mengakui kesalahan kita sendiri. Oleh karena itu, introspeksi diri sangat penting untuk mencapai keikhlasan yang sejati.
Dalam buku “Ihya Ulumiddin,” Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa ada beberapa cara untuk mencapai keikhlasan. Pertama, kita perlu mengingat ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadits yang mengajarkan tentang pentingnya menahan amarah dan bersikap sabar. Kedua, kita harus menyadari bahwa pujian dan celaan dari orang lain tidak seharusnya mempengaruhi sikap kita terhadap diri sendiri. Ketiga, kita perlu berusaha untuk tidak terjebak dalam kebanggaan atas pujian yang kita terima.
Imam Al-Ghazali juga mengutip pandangan dari Syekh Uwais al-Arzanjani yang menjelaskan bahwa ucapan mencerminkan apa yang ada di dalam hati. Jika hati kita bersih, maka ucapan kita pun akan baik. Sebaliknya, jika hati kita kotor, maka yang keluar dari lisan kita pun akan buruk.
Dalam konteks ini, kita perlu menyadari bahwa keikhlasan tidak hanya berkaitan dengan niat, tetapi juga dengan tindakan nyata kita dalam beribadah. Meskipun kita belum bisa mencapai tingkat khusyuk, kita tetap harus berusaha untuk beribadah dan berzikir. Proses menuju keikhlasan adalah tahapan yang harus dilalui, dan kita tidak boleh putus asa untuk terus berusaha.
Sebagai penutup, mari kita ingat bahwa keikhlasan adalah rahasia antara kita dan Allah (SWT). Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, dan tidak perlu merasa tertekan oleh pujian atau celaan. Yang terpenting adalah niat kita untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, serta upaya kita untuk memperbaiki diri. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk beramal dengan ikhlas dan mendapatkan ridha-Nya. Wallahu a’lam.