Taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan kesadaran dan niat ta’abbud merupakan esensi dari takwa kepada Allah (SWT). Ketika seorang hamba telah bertakwa, Allah akan ridho kepadanya. Jika Allah telah ridho, maka Dia akan menyayanginya dan merahmatinya. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada manusia yang masuk surga murni hanya karena amal ibadahnya. Ini bukan berarti Allah menyia-nyiakan amal ibadah hamba-Nya; sebaliknya, keselamatan dan kebahagiaan di akhirat hanya dapat dicapai melalui rahmat dan kasih sayang Allah.
Sebanyak apapun ibadah yang dilakukan, tidak akan cukup untuk menebus nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah. Oleh karena itu, keikhlasan dan ketulusan dalam setiap ibadah sangat diperlukan. Manusia tidak boleh merasa sombong atau layak masuk surga hanya karena banyak beribadah. Justru, jika seseorang merasa telah banyak beribadah dan lebih baik dari orang lain, ia mungkin terkena penyakit ‘ujub, yang dapat menjauhkannya dari rahmat Allah. Rahmat dan kasih sayang Allah adalah yang dapat menyelamatkan hamba dari nasib buruk di hari kiamat, bukan amal ibadahnya.
Selain mendorong hamba-Nya untuk ikhlas dalam beribadah, Allah juga memerintahkan kita untuk memiliki sifat rahmat dan kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya. Sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang adalah sifat yang paling sering kita sebutkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat membaca bismillahirrahmanirrahiim. Allah telah menyatakan bahwa rahmat dan kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu, baik makhluk hidup maupun benda mati, dan termasuk semua manusia, baik yang beriman maupun yang ingkar.
Allah juga menegaskan bahwa rahmat-Nya didahulukan atas murka-Nya. Dalam memperlakukan hamba-Nya, seburuk apapun seseorang, Allah lebih mendahulukan rahmat-Nya daripada murka-Nya. Oleh karena itu, Allah tidak pernah bosan memberi ampun kepada hamba-Nya yang telah bermaksiat, bahkan ketika mereka berulang kali bersalah dan bertaubat. Allah tidak akan pernah bosan menerima taubat hamba-Nya, sampai hamba tersebut sendiri yang merasa bosan untuk bertaubat.
Rasulullah (SAW) juga mengingatkan kita akan pentingnya memiliki sifat rahmat ini