Iman dan takwa bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Seseorang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa pasti merupakan orang yang beriman. Sebaliknya, tidak ada orang yang benar-benar beriman tanpa disertai dengan takwa, yang berarti menjaga diri dari dosa dan berusaha menjalankan perintah-perintah Allah dengan akhlak yang baik.
Orang-orang yang bertakwa memiliki keyakinan yang kuat terhadap hal-hal yang ghaib. Mereka percaya kepada Allah, adanya surga dan neraka, penciptaan malaikat, serta kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi. Mereka juga meyakini hari akhir dan hisab. Dengan iman tersebut, mereka menjalani kehidupan di dunia sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah (SAW).
Seorang hamba Allah yang benar-benar beriman dan bertakwa akan memiliki hati yang lembut, jiwa yang tenang, dan perilaku yang baik, ramah, serta penuh kasih sayang. Hal ini tercermin dalam tindakan dan ucapan sehari-hari. Orang yang beriman tidak mungkin menjadi pribadi yang tercela, tidak mengajak orang lain kepada kerusakan, hasut, kedengkian, atau kebencian. Mereka tidak akan menyebarkan fitnah atau tuduhan tanpa dasar kebenaran.
Orang-orang yang melakukan kekejian seperti ini bukanlah orang yang beriman dan bertakwa, melainkan para pembuat kerusakan di muka bumi. Rasulullah (SAW) mengajarkan umatnya bagaimana seharusnya menjadi seorang mukmin yang sejati. Rukun iman memang terdiri dari enam pokok, tetapi kesempurnaan iman memerlukan perangkat lain. Kepercayaan kepada enam pokok iman tersebut harus ditindaklanjuti dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dilengkapi dengan akhlak yang terpuji dan ucapan yang baik.
Mencaci-maki, melaknat, atau menggunakan kata-kata kotor adalah perbuatan keji yang menjauhkan seseorang dari iman. Seorang yang beriman akan memancarkan keindahan jiwa dan hatinya, menciptakan rasa aman, tenteram, dan damai bagi orang di sekelilingnya. Rasulullah (SAW) juga mengingatkan bahwa caci maki atau laknat antar manusia adalah hal yang sangat berbahaya. Jika seseorang mencaci orang lain yang ternyata baik, maka laknat tersebut akan kembali kepada diri orang yang melaknat.
Dengan demikian, menjaga diri dari sifat mencaci dan menghujat adalah bagian penting dari iman dan takwa yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.