Umar bin Khattab (RA) dikenal sebagai Khalifah kedua dan sahabat Nabi Muhammad (SAW) yang memiliki karakter mulia, pengetahuan yang luas, serta ketegasan dalam memimpin. Ia dikenal memiliki jiwa kasih sayang yang besar terhadap rakyatnya, bahkan pernah memecat pejabat yang tidak menunjukkan kasih sayang. Suatu ketika, Umar (RA) terlihat menangis sepanjang hari. Ketika ditanya, ia menjelaskan bahwa sebagai penguasa, ia merasa bertanggung jawab untuk berlaku adil. Jika ia bisa bersikap adil, ia akan dihisab dengan baik, namun jika ia berlaku zalim, ia akan menerima siksaan. Ia merasakan bahwa tidur di siang hari berarti menyengsarakan rakyat, sementara tidur di malam hari berarti menyia-nyiakan diri.
Dalam sebuah kesempatan, seorang pegawai pemerintah menghadap Umar (RA) dan melihatnya sedang tidur terlentang dengan anak-anaknya bermain di atas perutnya. Pegawai tersebut merasa tidak pantas seorang pemimpin berperilaku seperti itu. Umar (RA) kemudian menanyakan bagaimana sikap pegawai itu terhadap keluarganya. Pegawai itu menjawab bahwa saat ia pulang, semua orang di rumah akan diam. Umar (RA) dengan tegas menanggapi, “Pensiunlah dariku, sebab orang yang tidak mengasihani istri dan anak-anaknya, bagaimana bisa mengasihani rakyat umat Muhammad (SAW)?”
Kisah ini diambil dari karya Syekh Muhammad bin Abdullah ad-Dimyathi dalam al-Jawâhir al-Lu’lû-iyyah, yang menjelaskan sebagian dari keutamaan Sayyidina Umar bin Khattab (RA). Kasih sayang sangatlah penting, terutama bagi pegawai pemerintah, pemimpin, dan pejabat publik yang menangani urusan masyarakat. Jiwa kasih sayang akan mempengaruhi setiap tindakan mereka, sehingga dengan kasih sayang, mereka dapat terhindar dari sikap semena-mena, perilaku korup, dan kejahatan lainnya yang dapat merugikan banyak orang. Wallâhu a’lam.