Banyak orang berharap agar akhir hidup mereka dipenuhi dengan kebaikan dan aktivitas yang positif, yang dikenal sebagai husnul khatimah. Sebaliknya, ada ketakutan yang mendalam terhadap su’ul khatimah, yaitu meninggal dalam keadaan yang buruk, seperti dalam keadaan maksiat kepada Allah. Ketakutan ini tidak hanya dimiliki oleh kalangan awam, tetapi juga oleh para nabi dan wali Allah, meskipun dengan kekhawatiran yang berbeda.
Para nabi dan wali Allah, seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali, memiliki ketakutan yang lebih besar terkait su’ul khatimah, yaitu meninggal dalam keadaan kafir. Mereka sangat mengkhawatirkan akhir hidup yang tidak beriman kepada Allah. Misalnya, Imam Sufyan At-Tsauri menangis menjelang wafat bukan karena mengingat dosa-dosanya, melainkan karena khawatir akan keimanannya. Ia merasa bahwa jika ia tahu akan mati dengan membawa iman, ia tidak akan peduli meskipun harus menghadap Allah dengan tumpukan dosa yang besar.
Imam Al-Ghazali juga menceritakan kekhawatiran Nabi Isa (AS) mengenai su’ul khatimah yang berkaitan dengan kekafiran. Nabi Isa (AS) menjelaskan bahwa para nabi memiliki ketakutan yang lebih mendalam dibandingkan dengan ketakutan kalangan awam terhadap maksiat. Para nabi dan wali melihat bahwa bahaya su’ul khatimah dalam bentuk kekafiran jauh lebih besar daripada sekadar kemaksiatan.
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa jika para nabi dan wali yang memiliki keyakinan dan keimanan yang kuat saja masih takut terhadap su’ul khatimah berupa kekufuran, maka bagaimana dengan orang-orang yang keimanannya di bawah mereka? Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga iman dan menghindari segala bentuk kemaksiatan agar tidak terjerumus ke dalam su’ul khatimah. Wallahu a’lam.