- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Syukur dalam Perspektif Tasawuf

Google Search Widget

Syukur adalah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kajian tasawuf, syukur menjadi tema penting yang dibahas dengan beragam pandangan oleh para sufi, salah satunya dalam karya ar-Risalatul Qusyairiyyah. Pembahasan tentang syukur dimulai dengan kutipan dari Surat Ibrahim ayat 7 yang menyatakan, “Sungguh, jika kalian bersyukur, niscaya Kutambahkan nikmat kalian.”

Dalam konteks syukur, al-Qusyairi mengisahkan percakapan antara Atha dan Ubaid bin Umair yang menemui Siti Aisyah (RA) untuk mendengar pengalaman mengesankan tentang Rasulullah (SAW). Siti Aisyah (RA) menceritakan bagaimana Rasulullah (SAW) menghabiskan malam dengan ibadah, menangis dalam shalatnya, meskipun Allah telah mengampuni dosa-dosanya. Ketika ditanya mengapa beliau menangis, Rasulullah (SAW) menjawab bahwa beliau ingin menjadi hamba yang bersyukur.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur berarti rasa terima kasih kepada Allah (SWT). Hakikat syukur, menurut al-Qusyairi, adalah pengakuan atas nikmat dari Zat pemberi nikmat dengan penuh ketundukan. Syukur kepada Allah (SWT) diungkapkan melalui pujian atas kebaikan-Nya, sementara syukur dari Allah (SWT) kepada hamba-Nya adalah pujian atas ketaatan hamba tersebut.

Syukur dapat diekspresikan melalui tiga cara: pengakuan lisan atas nikmat Allah, kepatuhan dalam melaksanakan ibadah, dan syukur hati yang melibatkan kesadaran akan kehadiran Allah (SWT). Abu Ustman menjelaskan bahwa syukur mencakup kesadaran akan keterbatasan diri dalam bersyukur. Sementara itu, al-Junaid menyatakan bahwa syukur adalah tidak bermaksiat kepada Allah (SWT) dengan nikmat yang diberikan-Nya.

Berbagai pandangan tentang syukur menunjukkan bahwa syukur bukan hanya sekadar mengucapkan terima kasih atas nikmat yang terlihat, tetapi juga menyadari dan mengakui semua kebaikan yang datang dari Allah (SWT). Ketika menghadapi musibah, seperti kehilangan, Sahal bin Abdullah at-Tustari menyarankan agar kita tetap bersyukur kepada Allah (SWT) dan mengingat bahwa yang lebih berbahaya adalah jika keyakinan kita terganggu oleh godaan setan.

Syukur adalah bagian integral dari kehidupan seorang Muslim, yang mencerminkan kedekatan dan pengabdian kepada Allah (SWT).

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?