- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mengatasi Panjangnya Angan-Angan dan Lupa Akan Kematian

Google Search Widget

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin menjelaskan tentang thulul amal (panjangnya angan-angan) yang dapat menyebabkan seseorang lupa akan kematian. Salah satu hadits yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepada sahabat Abdullah bin Umar (RA) menekankan pentingnya mengingat kematian. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika engkau berada di pagi hari, maka jangan mengkhayal akan apa yang kamu dapatkan di sore hari. Jika kamu berada di sore hari, maka jangan mengkhayal akan apa yang akan kamu dapatkan di pagi hari. Ikatlah kehidupanmu dengan kematianmu. Ikatlah sehatmu dengan sakitmu. Karena sesungguhnya dirimu, wahai Abdullah! Tidak akan tahu seperti apa namamu esok” (HR Ibnu Hibban). Hadits ini menunjukkan bahwa setiap individu seharusnya tidak terjebak dalam angan-angan yang berlebihan mengenai masa depan dan kesenangan duniawi.

Imam al-Ghazali mengidentifikasi dua penyebab utama dari panjangnya angan-angan: kebodohan dan cinta dunia. Cinta dunia membuat seseorang merasa enggan untuk berpisah dengan dunia, sehingga mengabaikan kenyataan bahwa kematian akan memisahkan mereka dari segala kesenangan. Dengan demikian, seseorang terjebak dalam angan-angan yang tidak baik, hanya memikirkan harta, keluarga, dan kenyamanan duniawi. Al-Ghazali mengungkapkan bahwa ketika hati terfokus pada dunia, seseorang akan lupa untuk mengingat kematian.

Kebodohan juga berperan penting dalam melupakan kematian. Kebodohan ini mencakup ketidaktahuan akan keutamaan akhirat yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kesenangan dunia. Seseorang yang tidak memahami bahwa dunia tidak memiliki arti di sisi Allah ﷻ akan terus terjebak dalam keinginan duniawi, seolah-olah mereka akan hidup selamanya. Al-Ghazali menegaskan bahwa jika orang-orang yang lupa akan kematian berpikir bahwa kematian tidak memiliki waktu tertentu, mereka pasti akan lebih siap menghadapinya.

Untuk mengatasi masalah ini, Imam al-Ghazali memberikan resep yang melibatkan pembersihan pikiran dan hati dari kecintaan pada dunia. Mendengarkan nasihat dari para ulama yang tidak terpengaruh oleh cinta dunia dapat membantu seseorang untuk menyadari bahwa cinta pada dunia adalah penyakit yang harus disembuhkan dengan keimanan yang kokoh akan hari akhir. Ketika seseorang mulai melihat dunia sebagai sesuatu yang hina dan akhirat sebagai yang lebih bernilai, mereka akan lebih mudah melepaskan diri dari belenggu cinta dunia.

Pada akhirnya, penting untuk menyadari bahwa perjuangan untuk dunia yang penuh kesenangan tidak sebanding dengan keindahan dan kemuliaan akhirat. Ketika seseorang memahami nilai sebenarnya dari dunia dan akhirat, mereka akan enggan menoleh kembali ke dunia, meskipun segala kenikmatan ditawarkan kepada mereka.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 6

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?