Rasulullah (SAW) bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam.” Dalam kitab Ta’lim Muta’allim, ilmu dibagi menjadi dua kategori, yaitu Ilmu Haal dan Ilmu Ghairu Haal. Ilmu Haal adalah ilmu yang harus segera diamalkan setelah seseorang mencapai usia baligh, seperti ilmu Fiqih dan ilmu Tauhid. Dalam ilmu Fiqih, terdapat pembelajaran tentang ubudiyah dan muamalah. Misalnya, dalam ubudiyah, seseorang belajar tata cara shalat, syarat dan rukun shalat, serta cara berwudhu. Sedangkan dalam muamalah, dipelajari tentang riba dan berbagai transaksi lainnya.
Ilmu Tauhid mengajarkan tentang ke-Esa-an Allah beserta sifat-sifat-Nya, serta kepercayaan kepada Malaikat, kitab-kitab Allah, para Rasul, hari kiamat, dan takdir baik dan buruk dari Allah. Sebagaimana yang dijelaskan, ilmu Haal memiliki hukum wajib untuk diamalkan sepanjang hidup.
Sementara itu, Ilmu Ghairu Haal berfungsi sebagai pelengkap kehidupan, seperti ilmu kedokteran, ilmu kemasyarakatan, dan ilmu lainnya yang bermanfaat bagi manusia. Ilmu memiliki peranan penting dalam kehidupan. Suatu negara tidak akan maju jika penduduknya tertinggal dalam ilmu pengetahuan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Rusia, dan Jepang adalah contoh negara yang penduduknya telah maju dalam bidang ilmu pengetahuan, yang berkontribusi terhadap kemajuan negara mereka.
Di masa lalu, Islam pernah berjaya dengan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan Islam lahir dalam berbagai bidang, seperti Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Malik dalam bidang hukum; Abu Hasan al-‘Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi dalam bidang Tauhid; ar-Razy dalam kedokteran; al-Khawarizmi dalam ilmu pasti dan astronomi; Ibnu Hayyan dalam kimia; Ibnu Khaldun dalam sejarah; serta Ibnu Rusyd dalam filsafat.
Ilmu Haal dan Ilmu Ghairu Haal adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang lengkap adalah ketika seseorang meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS al-Qashash: 77).
Tentang iman dan ilmu, Allah berfirman: “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS al-Mujadilah: 11). Mengenai takwa, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS al-Hujurat: 13).
Orang-orang yang beriman, berilmu, dan bertakwa pasti memiliki akhlak yang mulia, karena Rasulullah (SAW) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah (SAW): “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang baik harus diimbangi dengan akhlak yang mulia. Lebih baik memiliki akhlak yang baik meskipun pengetahuan biasa-biasa saja, namun yang terbaik adalah memiliki pengetahuan yang luas dan akhlak yang mulia.