Imam Al-Ghazali mengidentifikasi beberapa faktor yang menghalangi manusia untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Ia menjelaskan bahwa ketidaktahuan dan kelalaian adalah penyebab utama yang membuat seseorang terjerumus dalam kategori kufur nikmat. Dalam karyanya, Imam Al-Ghazali menegaskan pentingnya menyadari nikmat sebelum dapat bersyukur dengan tulus. Ia menyatakan, “Tidak ada hal yang membuat manusia lalai untuk bersyukur atas nikmat kecuali ketidaktahuan dan kelalaian.”
Untuk bisa bersyukur, seseorang harus terlebih dahulu mengenali nikmat yang diterimanya. Setelah menyadari nikmat tersebut, penting untuk memahami cara bersyukur yang tepat, bukan sekadar mengucapkan “Alhamdulillah” tanpa makna. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa syukur sejati melibatkan penggunaan nikmat tersebut untuk ketaatan kepada Allah.
Apabila seseorang telah menyadari nikmat dan memahami cara bersyukur, tetapi masih belum melakukannya, kemungkinan ada faktor lain yang memengaruhi. Imam Al-Ghazali mencatat beberapa penyebab orang abai untuk bersyukur, antara lain:
- Ketidaktahuan bahwa sesuatu, seperti kesehatan, kesempatan, atau masa muda, adalah nikmat yang harus disyukuri.
- Ketidakpahaman tentang makna syukur, sehingga hanya mengandalkan ucapan tanpa tindakan nyata.
- Dominasi hawa nafsu yang menghalangi seseorang untuk bersyukur.
- Pengaruh setan yang menjerumuskan seseorang dalam ketidaksyukuran.
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa setelah seseorang memahami nikmat dan cara bersyukur, satu-satunya halangan yang tersisa adalah pengaruh hawa nafsu dan setan. Al-Qur’an dan hadits juga mengingatkan umat manusia untuk selalu bersyukur. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 152, Allah berfirman, “Ingatlah Aku, Aku pun akan ingat kepada kalian. Bersyukurlah kepada-Ku. Janganlah kalian ingkar kepada-Ku.”
Hadits dari Abu Hurairah RA juga memberikan pelajaran penting agar umat Islam selalu melihat ke bawah dalam hal nikmat yang diberikan. Rasulullah (SAW) bersabda, “Lihatlah orang di bawah kalian. Jangan melihat orang di atas kalian. Itu lebih baik agar kalian tidak mengingkari nikmat Allah.”
Faktor utama yang membuat banyak orang abai untuk bersyukur adalah kecenderungan untuk membandingkan nikmat yang dimiliki dengan orang lain. Dengan memfokuskan perhatian pada apa yang dimiliki orang lain, kita sering kali lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.