Banyak orang mungkin beranggapan bahwa kemuliaan ditentukan oleh kekayaan, kecantikan, atau keturunan. Namun, dalam pandangan Allah, yang paling mulia adalah mereka yang bertakwa. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).
Imam Ath Thobari (rahimahullah) menjelaskan bahwa kemuliaan seorang manusia terletak pada tingkat takwanya kepada Allah, bukan pada status sosial atau harta benda. Hal ini juga ditegaskan oleh Ibnu Katsir (rahimahullah) yang menyatakan bahwa kemuliaan terletak pada takwa, bukan keturunan. Sahabat Ibnu ‘Abbas (radhiyallahu ‘anhuma) juga menegaskan bahwa kemuliaan di dunia diukur dengan kekayaan, tetapi kemuliaan di akhirat diukur dengan takwa.
Al-Alusi (rahimahullah) menambahkan bahwa ayat tersebut melarang manusia untuk saling berbangga dengan keturunan. Kemuliaan yang sesungguhnya adalah milik mereka yang paling bertakwa. Dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, dijelaskan bahwa perbedaan suku dan bangsa dimaksudkan agar manusia saling mengenal, bukan untuk berbangga diri dengan nasab.
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani (rahimahullah) juga menegaskan bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Syaikh As Sa’di (rahimahullah) menyatakan bahwa Allah menciptakan perbedaan untuk saling mengenal, tetapi ukuran kemuliaan adalah takwa, bukan kekerabatan atau nasab.
Banyak hadits yang mendukung pandangan ini. Rasulullah Muhammad (SAW) bersabda bahwa Allah tidak melihat rupa dan harta, tetapi hati dan amal perbuatan. Dalam hadits lain, beliau menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara manusia berdasarkan warna kulit atau keturunan, kecuali dalam hal takwa.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa kemuliaan di hadapan Allah tidak ditentukan oleh faktor-faktor duniawi, melainkan oleh ketakwaan dan ketaatan kepada-Nya.