Sabar sering kali dianggap memiliki batas, namun dalam ajaran Islam, sabar adalah suatu sikap yang tidak terikat oleh waktu. Dalam konteks ini, membalas kezaliman dengan kezaliman lain tidak dibenarkan. Hadits menyatakan, “Tidak boleh ada kezaliman, dan tidak pula membalasnya dengan kezaliman.” Oleh karena itu, sabar yang diajarkan dalam Islam adalah sebuah komitmen untuk menjaga diri dari kezaliman, bukan untuk menyimpan dendam.
Syekh Ibnu Abid Dunya dalam karyanya as-Shabru wa Tsawâb ‘alaihi mengklasifikasikan sabar menjadi tiga tingkatan. Pertama, sabar atas musibah; kedua, sabar dalam menjalani ketaatan; dan ketiga, sabar dari laku kemaksiatan. Tingkatan terakhir merupakan sabar yang paling tinggi, di mana setiap sabar yang dilakukan akan mendapatkan ganjaran dari Allah yang sangat besar.
Imam Ali bin Abi Thalib (RA) juga menjelaskan bahwa sabar memiliki empat golongan: sabar dalam merindu, sabar karena kasih sayang, sabar dengan latar belakang kezuhudan, dan sabar dalam penantian. Setiap golongan ini memiliki implikasi yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa terhindar dari kesalahan. Dalam hal ini, agama mengajarkan kita untuk saling memaafkan. Kesabaran sangat berkaitan dengan kesadaran akan hakikat kemanusiaan dan penciptaan kita. Syekh Ibnu Abid Dunya berusaha mengingatkan umat agar menjadi pribadi yang penyabar melalui kitabnya yang penuh dengan nasihat-nasihat berharga.
Imam Ibrahim at-Taimiy mengingatkan bahwa setiap kali Allah memberikan kesabaran kepada hamba-Nya, Dia juga memberikan yang lebih baik dari keimanan itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa mempertahankan keimanan adalah hal yang lebih penting dibandingkan dengan keimanan itu sendiri.
Imam Ali (RA) juga mengingatkan bahwa sabar merupakan bagian penting dari keimanan. Tanpa sabar, iman seseorang tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu, meskipun sabar memiliki tingkatan, hal yang terpenting adalah misi untuk mempertahankan keimanan.
Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi berbagai ujian dalam hidup. Dalam sebuah syair, Imam al-Husain bin Abdurrahman mengingatkan kita untuk selalu bersikap lapang dada dan tidak membiarkan kesulitan memperberat beban hidup. Dengan takwa dan sabar, kita dapat menghadapi segala rintangan dengan lebih baik.