- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Makna Sabar dalam Perspektif Ulama Sufi

Google Search Widget

Selama bulan Ramadhan, banyak individu yang menghadapi berbagai masalah, mulai dari persoalan keluarga, pendidikan, hingga karir. Masalah-masalah ini dapat muncul dari berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan dan aktivitas dakwah. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah tindakan seorang dai dari Nahdlatul Ulama (NU) yang berdakwah di gereja, serta seorang ustadz Wahabi yang diminta oleh Polri untuk memberikan ceramah kepada anggota kepolisian. Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang lepas dari masalah, baik petani, dai, maupun pegawai.

Kehidupan di dunia ini memang tidak terlepas dari ujian dan masalah. Penciptaan Nabi Adam (AS) pun diwarnai dengan pertanyaan dari para malaikat, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa kehadiran kita di muka bumi adalah bagian dari realitas hidup yang penuh tantangan. Dalam kaidah fiqih, ada ungkapan bahwa menerima suatu perkara berarti menerima segala hal yang terkait dengannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya berfokus pada cara menghilangkan masalah, tetapi juga bagaimana menyikapi setiap masalah yang muncul.

Salah satu nasihat yang sering kita dengar ketika menghadapi kesulitan adalah untuk bersabar. Namun, seringkali nasihat ini tidak dihayati dengan baik. Luka hati yang mendalam tidak bisa sembuh hanya dengan kata sabar. Penghayatan makna sabar sangat penting. Dalam kajian mengenai sabar, terdapat banyak karya ulama yang membahasnya, seperti kitab “as-Shabru wa Tsawab ‘alaihi” karya Syekh Abu Bakr Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan al-Baghdadi, yang dikenal sebagai Ibnu Abid Dunya.

Secara umum, sabar adalah sikap yang mulia dan terpuji. Dalam kitab “as-Shabru wa Tsawab ‘alaihi”, terdapat hadits yang menyatakan bahwa siapa yang diuji oleh Allah dan bersabar, saat diberikan nikmat bersyukur, serta ketika dizalimi membalas dengan maaf, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Kunci ketenteraman hidup terletak pada sikap bersyukur, pemaaf, dan mudah meminta maaf, serta sabar atas setiap ujian yang dihadapi.

Allah SWT menjanjikan pahala tanpa batas bagi orang-orang yang bersabar, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an. Pahala sabar tidak bisa diukur, dan ini menunjukkan posisi istimewa sabar di hadapan Allah. Dalam konteks ini, nasihat untuk bersabar harus dipahami secara mendalam, bukan sekadar kata-kata kosong. Sabar adalah salah satu kunci ketenangan jiwa dan keselamatan, yang seharusnya menjadi pegangan setiap individu dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 12

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?