Syekh Abdul Qadir Al-Jailani meyakini bahwa kemuliaan manusia adalah anugerah dari Allah SWT. Beliau menempatkan penghormatan yang layak terhadap anak Adam, tanpa merendahkan anugerah tersebut. Dalam Surat Al-Isra ayat 70, Allah berfirman, “Sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami mengangkut mereka di daratan dan di lautan. Kami memberi mereka rezeki dari yang baik-baik. Kami melebihkan mereka dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Syekh Abdul Qadir juga menunjukkan penghormatan yang sama terhadap non-Muslim. Ia tidak pernah memandang rendah mereka, karena perbedaan agama tidak menghalangi untuk saling menghargai. Dalam Kitab Nashaihul Ibad, Syekh M Nawawi Banten mengutip nasihat Syekh Abdul Qadir mengenai cara memandang orang lain dengan penghormatan. Beliau menyarankan agar saat bertemu dengan orang kafir, kita berprasangka baik, “Bisa jadi orang kafir ini suatu saat memeluk Islam dan mengakhiri hidupnya dengan amal yang baik/husnul khatimah. Sedangkan aku bisa jadi malah menjadi kafir suatu saat dan mengakhiri hidup dengan amal yang buruk/su’ul khatimah.”
Pernyataan ini mencerminkan sikap rendah hati dan pengakuan akan ketidakberdayaan manusia di hadapan kuasa dan kehendak Allah. Pengakuan ini merupakan wujud penghambaan yang mendalam dan mengarah pada pengalaman spiritual yang lebih tinggi terhadap Allah SWT. Dengan demikian, cara pandang ini tidak hanya memperkuat hubungan antar sesama manusia, tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga prasangka baik dan menghargai setiap individu, terlepas dari latar belakang agama mereka.