Imam Al-Ghazali mengamati bagaimana respon manusia terhadap kebaikan yang diberikan oleh orang lain, atau yang dikenal dengan istilah ihsan. Ia menemukan bahwa tindakan baik atau jasa seseorang dapat menumbuhkan simpati dan cinta di hati penerimanya. Secara alami, hati manusia cenderung untuk mencintai orang-orang yang berbuat baik kepada mereka dan membenci mereka yang berbuat jahat. Hal ini merupakan fitrah yang tidak dapat dipungkiri, di mana hati manusia akan lebih bersimpati kepada orang yang mengulurkan tangan dalam kebaikan.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa manusia adalah hamba dari kebaikan. Hati mereka diciptakan untuk mencintai orang yang berbuat baik dan membenci orang yang berbuat jahat. Dalam sebuah doa, Rasulullah Muhammad (SAW) memohon kepada Allah agar tidak memberikan kesempatan kepada orang yang durjana untuk berbuat baik kepada-Nya, sehingga hatinya tidak terpengaruh untuk bersimpati kepada orang tersebut. Doa ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hati agar tidak terjerat oleh kebaikan yang datang dari orang-orang yang tidak baik.
Simpati terhadap orang yang berbuat baik bersifat alami dan merupakan bagian dari fitrah manusia. Rasa simpati ini muncul dengan sendirinya, terutama ketika seseorang yang berbudi baik memberikan pertolongan saat kita dalam kesulitan. Bahkan, seseorang dapat merasakan cinta kepada orang lain meskipun tidak ada hubungan kerabat atau ikatan lainnya, hanya karena tindakan baik yang diberikan.
Imam Al-Ghazali menekankan bahwa pertolongan dan kebaikan yang diberikan kepada kita dapat menumbuhkan rasa simpati yang mendalam, meskipun tidak ada ikatan darah atau hubungan langsung. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membangun hubungan antar manusia, dan simpati yang muncul adalah hal yang tidak dapat dihindari. Wallahu a’lam.