Qana’ah berasal dari kata qani‘a-qanu’an-qana’atan yang berarti ridha terhadap hal yang sedikit. Istilah ridha merupakan makna dari qani‘a, sedangkan jika ‘ain fi’il difathahkan menjadi qana‘a, artinya meminta. Dalam Kifayatul Atqiya karya Syekh Sayid Muhammad Syatho Dimyati, terdapat penjelasan bahwa seorang budak bisa dianggap merdeka jika ia ridha, sementara orang merdeka bisa dianggap seperti budak jika ia terus meminta-minta. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan terhadap apa yang dimiliki menjauhkan seseorang dari sifat tamak dan ketergantungan pada orang lain.
Sikap qana’ah melahirkan ridha, yang berarti menerima segala keadaan, baik itu kekayaan atau kemiskinan, kesuksesan atau kegagalan, kesehatan atau sakit, dan sebagainya. Menurut Dzu Nun Al-Mishri, tanda-tanda ridha adalah: pertama, mempercayakan hasil usaha sebelum ada ketentuan; kedua, hilangnya resah gelisah setelah terjadi ketentuan; ketiga, cinta yang mendalam saat menghadapi malapetaka. Ketenangan yang dialami oleh orang yang qana’ah berasal dari kembalinya segala urusan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ridha juga diartikan sebagai hilangnya perasaan sedih terhadap segala ketentuan-Nya dan menyambutnya dengan kegembiraan, serta tenangnya hati dengan pilihan Allah. Hal ini mencerminkan kemerdekaan jiwa dari belenggu duniawi. Etos kerja yang baik muncul dari keyakinan akan kasih sayang Allah, yang selalu menjawab segala ikhtiar makhluk-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa qana’ah adalah simpanan yang tidak akan rusak. Ini menunjukkan bahwa qana’ah dapat melindungi pelakunya dari melihat apa yang bukan miliknya, sehingga selalu merasa cukup dan bersyukur atas segala karunia-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Fathir[35]: 2, bahwa rahmat yang Allah anugerahkan tidak dapat ditahan oleh siapapun, dan apa yang ditahan-Nya tidak akan ada yang bisa melepaskannya.
Nasib seseorang sangat tergantung pada kadar keridhaannya, dan bagian dari ridha itu bergantung pada seberapa dekat hidupnya dengan Allah. Dengan memahami dan mengamalkan qana’ah, seseorang dapat mencapai kemerdekaan jiwa yang sejati.