Kata “wushul” sering kali muncul dalam konteks tasawuf, beriringan dengan istilah “ilallāh.” Secara etimologis, “wushul” berarti sampai, sedangkan “wushul ilallah” berarti sampai kepada Allah. Istilah ini merujuk pada pencapaian spiritual seseorang yang telah melewati berbagai rintangan dan hambatan dalam perjalanan rohaninya. Wushul ilallah adalah pengalaman di mana seseorang merasakan kedekatan yang mendalam dengan Allah.
Namun, istilah ini sering disalahpahami. Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam-nya menegaskan pentingnya pemahaman yang benar tentang “wushul ilallah.” Ia menyatakan bahwa “sampaimu pada Allah adalah sampaimu pada ilmu tentang-Nya. Jika tidak demikian, Maha Suci Tuhan kami dari penyatuan sesuatu pada-Nya atau penyatuan-Nya pada sesuatu.”
Syekh As-Syarqawi dalam Kitab Al-Minahul Qudsiyyah alal Hikam Al-Athaiyyah juga menjelaskan bahwa wushul ilallah berarti pengetahuan tentang Allah yang diperoleh melalui penyaksian batin, sebuah kesaksian yang cukup untuk membuktikan keberadaan-Nya. Syekh Ahmad Zarruq menambahkan bahwa wushul ilallah adalah pencapaian batin dalam memahami kebesaran dan keagungan Allah dengan cara langsung memahami hakikat-Nya.
Syekh Ibnu Abbad menjelaskan bahwa dalam tarekat Syadziliyah, wushul ilallah merujuk pada pengetahuan hakiki tentang Allah, bukan penyatuan zat antara Tuhan dan makhluk-Nya. Ia menekankan bahwa wushul yang dimaksud adalah pencapaian pengetahuan hakiki terhadap Allah, yang merupakan puncak perjalanan spiritual dan titik akhir bagi para pencari kebenaran.
Wushul ilallah adalah capaian spiritual yang membawa seseorang untuk lebih bijak dalam memandang manusia, hewan, dan alam semesta. Namun, penyatuan zat antara Allah dan makhluk-Nya tidak mungkin terjadi karena perbedaan yang mendasar antara keduanya. Wallahu a’lam.