- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Wali Allah dan Konsep Jadzab dalam Tasawwuf

Google Search Widget

Meyakini adanya manusia pilihan sebagai kekasih Allah adalah ajaran fundamental dalam agama Islam. Kekasih Allah, yang dikenal dengan istilah waliyullah, merupakan individu-individu terpilih yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah subhanahu wata’ala. Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Yunus: 62).

Waliyullah memiliki berbagai kategori, mulai dari wali abdal, wali autad, wali nuqaba’, wali nujaba’, hingga wali qutb al-aqthab. Masing-masing dari mereka mengemban tugas dan diberikan keistimewaan oleh Allah dengan karamah yang berbeda-beda. Jalan yang mereka tempuh adalah untuk menggapai ma‘rifatullah. Dalam ilmu tasawwuf, terdapat dua jalan untuk mencapai ma‘rifat ini: suluk dan jadzab.

Suluk adalah jalan yang ditempuh secara normal, di mana seseorang yang mengamalkan tasawuf disebut sebagai salik. Sebaliknya, jadzab adalah jalan khusus yang hanya dapat dilalui oleh orang-orang terpilih. Dua jalan ini diilustrasikan dalam kitab Nasihah al-Murid fi Thariq ahli as-Suluk wa at-Tajrid, yang menggambarkan jadzab dan suluk seperti dua pohon yang masing-masing memiliki akar dan buah. Akar pohon jadzab adalah ilmu laduni yang ghaib, sedangkan pohon suluk berbuah dengan ilmu dan amal yang tampak.

Orang yang berada dalam kondisi jadzab sering kali melakukan perbuatan yang di luar nalar manusia biasa, karena tindakan mereka melampaui kapasitas manusia. Namun, penting untuk membedakan antara orang yang benar-benar jadzab dan yang berpura-pura. Perbedaan ini dapat dilihat dari perilaku mereka setelah kembali ke kondisi normal. Jika mereka menjauhi hal-hal duniawi dan terus berdzikir, maka keanehan yang mereka lakukan berasal dari maqam jadzab. Sebaliknya, jika mereka kembali tertarik pada hal-hal duniawi, maka itu bukanlah jadzab yang hakiki.

Dalam kitab Zad al-Muslim, dijelaskan bahwa menari saat berdzikir bukan bagian dari ajaran syariat, kecuali bagi orang-orang tertentu dari kalangan jadzab. Tindakan ini dapat dibedakan antara yang berasal dari jadzab yang hakiki dan yang hanya sekadar permainan. Orang yang jadzab akan berpaling dari dunia dan lebih mendekat kepada Allah, sementara yang tidak jadzab akan tetap terikat pada duniawi.

Kesimpulannya, jadzab adalah keadaan di mana seseorang telah melampaui kapasitas manusiawi dan merasakan sifat-sifat Allah secara nyata. Orang yang mencapai maqam ini dikenal sebagai majdzub. Masyarakat sering menyebut mereka sebagai wali jadzab atau wali majdzub. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 5

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?