Dalam kitab al-Bashâ’ir wa al-Dzakhâ’ir, terdapat perbincangan menarik antara Imam Al-Ashma’i (121-216 H) dan Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi (100-173 H) yang menggambarkan hakikat persahabatan dan permusuhan. Suatu ketika, Imam Al-Ashma’i berkunjung kepada Imam Khalil yang sedang duduk di atas tikar jerami kecil. Ketika Imam Khalil mengundangnya untuk duduk, Imam Al-Ashma’i merasa tidak enak karena menganggap tempat duduk tersebut sempit. Namun, Imam Khalil dengan bijak menjawab bahwa dunia ini akan terasa sempit bagi dua orang yang saling membenci, sementara sejengkal tanah akan terasa luas bagi dua orang yang saling mencintai.
Kisah ini mencerminkan hubungan yang luar biasa antara guru dan murid. Imam Khalil tidak keberatan dengan kenyamanan yang berkurang, sementara Imam Al-Ashma’i menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap gurunya. Keduanya adalah tokoh penting dalam pengembangan ilmu bahasa, sastra, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Imam Khalil memiliki banyak murid, termasuk Imam Sibaweih dan Imam Abu al-Hasan Ali al-Kisai, yang bersama Imam Al-Ashma’i memperkaya literatur Islam dalam bidang bahasa.
Imam Khalil juga pernah menyampaikan bahwa merusak pertemanan jauh lebih mudah daripada memperbaiki permusuhan. Ia menggambarkan hal ini dengan pernyataan bahwa merobek kain lebih mudah daripada menenunnya kembali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan persahabatan, karena sekali persahabatan putus, akan sulit untuk memperbaikinya.
Kita perlu menyadari bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Oleh karena itu, penting untuk membuka pintu persahabatan dan saling memaafkan. Memahami kekurangan orang lain adalah kunci untuk menciptakan keharmonisan dalam hubungan. Sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan, kita sebaiknya tidak menilai berlebihan terhadap sahabat atau saudara kita.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan kebencian. Ketidakpahaman terhadap kekurangan orang lain tidak seharusnya menimbulkan kebencian. Sebaliknya, kita harus berusaha untuk saling memahami dan mencintai, karena kedamaian dan cinta adalah yang membuat dunia ini indah. Dengan demikian, mari kita tingkatkan rasa kasih sayang dan menghindari permusuhan, agar hidup kita lebih bermakna dan penuh kebahagiaan.