Tawasuth atau moderatisme dalam beragama merupakan sikap yang baik karena mengedepankan posisi tengah yang menghindari dua ekstrem yang bertolak belakang, yaitu ekstrem kiri dan ekstrem kanan. Menghormati Ahlul Bait tanpa batasan merupakan sikap ekstrem kanan, sedangkan melecehkan atau tidak menghormati mereka adalah sikap ekstrem kiri. Oleh karena itu, sikap terbaik di antara keduanya adalah tawassuth, yang juga dikenal sebagai sikap moderat.
Dasar teologis sikap moderat ini jelas, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Rasulullah (SAW): خَیْرُ اْلأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا, yang artinya, “Sebaik-baik perkara adalah sikap tengah.” (HR. Ibn As-Sam’ani). Sebagai seorang Muslim, kita diwajibkan untuk menghormati dan mencintai keluarga serta keturunan Rasulullah (SAW) yang disebut Ahlul Bait. Hal ini karena Rasulullah (SAW) telah mengimbau umatnya untuk mencintai dan menghormati mereka.
Namun, jika di antara Ahlul Bait terdapat yang menyimpang dari jalan leluhurnya, seyogianya kita memberikan nasihat kepada mereka. Imbauan ini disampaikan oleh Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang ulama dan habib dari Tarim Hadramaut Yaman, dalam kitabnya Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah: “Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah (SAW) telah menunjukkan perhatian yang besar kepada mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat agar umatnya mencintai dan menyayangi mereka.” (QS. Asy-Sura: 23).
Kaum Muslimin diharuskan untuk menghormati dan mencintai Ahlul Bait, tidak hanya karena hubungan kerabat mereka dengan Rasulullah (SAW), tetapi juga karena perintah Allah (SWT) kepada Rasulullah (SAW) agar menyerukan kecintaan kepada kerabat beliau. Sayyid Abdullah Al-Haddad mengingatkan agar penghormatan dan kecintaan kepada Ahlul Bait dilakukan secara wajar, tanpa berlebihan.
Ia menegaskan bahwa seluruh kaum Muslimin harus meyakini kecintaan dan kasih sayang kepada Ahlul Bait, serta menghormati mereka dengan cara yang seimbang. Dalam hal Ahlul Bait yang menyimpang dari jalan yang ditunjukkan Rasulullah (SAW), mereka tetap harus dihormati karena kekerabatan mereka, tetapi tetap perlu dinasihati agar kembali kepada jalan yang benar.
Sayyid Abdullah Al-Haddad juga menegaskan bahwa anggapan bahwa Ahlul Bait memiliki kekebalan hukum atas ketentuan Allah (SWT) adalah salah. Ia mengingatkan bahwa setiap amal baik mereka akan dilipatgandakan pahalanya, dan setiap kesalahan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan ketentuan Allah (SWT).
Dalam konteks ini, Sayyid Abdullah Al-Haddad mengutip peringatan Rasulullah (SAW) kepada putrinya, Sayyidah Fathimah, yang menegaskan bahwa tidak ada siapa pun yang bisa mengandalkan pembelaan dari beliau di hadapan Allah (SWT). Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu, termasuk Ahlul Bait, tetap harus bertanggung jawab atas amal perbuatannya di hadapan Allah (SWT).
Dengan demikian, sikap moderat dalam menghormati Ahlul Bait adalah penting, di mana kita harus mencintai dan menghormati mereka sambil tetap mengingatkan mereka untuk mengikuti ajaran yang benar.