- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Wali Abdal dalam Tasawuf

Google Search Widget

Dalam kajian tasawuf, terdapat istilah wali abdal yang merujuk kepada sekelompok wali Allah yang memiliki peran penting setelah masa kenabian. Istilah “abdāl” merupakan bentuk jamak dari “badal” yang berarti pengganti. Menurut Syekh Ihsan Jampes dalam Kitab Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, wali abdal adalah pengganti para nabi yang jumlahnya tidak lebih dan tidak kurang dari tujuh orang, sebagaimana pendapat Abul Baqa’.

Abu Darda RA, sahabat Rasulullah (SAW), menjelaskan bahwa Allah memiliki hamba yang disebut “al-abdāl” setelah para nabi wafat. Mereka berfungsi sebagai paku bumi, menjaga keseimbangan dan kebaikan umat. Wali abdal bukanlah orang-orang yang diutamakan karena banyaknya shalat atau puasa, melainkan karena kewara’an yang tulus, niat yang ikhlas, serta kebersihan batin terhadap sesama umat Islam. Mereka memiliki sifat sabar, rendah hati, dan selalu mengharapkan ridha Allah.

Wali abdal dipilih dan diseleksi oleh Allah, dengan jumlah yang bervariasi antara 30 hingga 40 orang. Keyakinan mereka adalah seperti keyakinan hati Nabi Ibrahim (AS). Jumlah mereka tetap terjaga, dan jika salah satu dari mereka wafat, Allah akan menggantikan kedudukannya dengan yang lain. Mereka tidak melaknat, menyakiti, atau merendahkan siapapun, serta tidak mendengki terhadap anugerah yang diberikan Allah kepada orang lain.

Karakteristik wali abdal meliputi kedermawanan, kelembutan, dan sifat murah hati. Mereka hidup dalam ketaatan yang konsisten, tidak terpengaruh oleh cobaan dan kesulitan. Hubungan mereka dengan Allah tetap kuat meskipun menghadapi berbagai tantangan. Hati mereka selalu merindukan Allah dan tidak menyukai kehidupan duniawi. Mereka senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan dan dianggap sebagai “tentara” Allah.

Sebagaimana dinyatakan dalam kitab Allah, “Sungguh, Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik” (Surat An-Nahl ayat 128). Fudhail bin Iyadh menegaskan bahwa kedudukan wali abdal diperoleh bukan melalui banyak puasa dan shalat sunnah, melainkan melalui kemurahan hati, kesucian batin, dan nasihat yang tulus untuk umat. Imam Al-Ghazali juga menyatakan bahwa wali abdal seringkali tidak terlihat oleh kebanyakan orang, karena mereka berada di luar pandangan umum dan tidak dikenal oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai ulama.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

June 24

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?