- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Abdullah Ibnu Mas’ud dan Prediksi Generasi Busuk

Google Search Widget

Abdullah Ibnu Mas’ud adalah orang keenam yang memeluk Islam setelah Nabi Muhammad (SAW). Ia dikenal sebagai sahabat Nabi yang memiliki suara merdu saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Rasulullah (SAW) pernah bersabda, “Barangsiapa yang ingin mendengar Al-Qur’an tepat seperti diturunkan, hendaklah dia mendengarkan dari Ibnu Ummi Abidin. Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur’an tepat seperti diturunkan, hendaklah dia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abidin.” Abdullah Ibnu Mas’ud juga merupakan sahabat yang sangat berkompeten dalam bidang ilmu hadits dan memiliki keimanan yang kokoh.

Dalam suatu kesempatan, ia menyampaikan prediksi yang menggugah, “Akan ada di akhir zaman suatu komunitas yang menganggap bahwa ibadah yang paling istimewa adalah menang caci maki, menjelekkan satu sama lain. Mereka itu disebut generasi busuk.” Pernyataan ini mencerminkan pandangannya tentang masa depan umat Islam, meskipun ia bukan seorang peramal. Banyak hadits Nabi dan perkataan para sahabat yang terbukti menjadi kenyataan.

Di zaman yang digambarkan sebagai generasi busuk ini, Nabi Muhammad (SAW) juga telah menyampaikan bahwa banyak umat yang tidak patuh kepada para ulama, sehingga Allah akan menurunkan tiga jenis bencana kepada mereka. Bencana pertama adalah diangkatnya keberkahan dari usaha mereka, yang menyebabkan banyak usaha yang dilakukan tidak memberikan hasil positif, malah mendatangkan kesengsaraan. Bencana kedua adalah munculnya penguasa yang zalim dan tidak amanah, di mana banyak orang berkompetisi untuk mendapatkan jabatan dengan cara-cara yang tidak benar, dan umatlah yang akan menanggung akibatnya. Bencana ketiga adalah umat yang tidak bersama para ulama akan meninggal tanpa membawa keimanan, dan amal ibadah mereka tidak akan diterima oleh Allah.

Melihat prediksi ini, kita dapat merasakan relevansinya dengan kondisi saat ini. Di tengah kemajuan teknologi, terutama media sosial, kita sering kali menjumpai orang-orang yang saling menghujat dan mencaci maki. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak terdidik, tetapi juga oleh mereka yang mengaku sebagai ustadz dan berasal dari latar belakang terhormat. Mereka dengan mudahnya mengumbar kata-kata yang tidak pantas, seolah-olah hal tersebut sesuai dengan tuntunan agama.

Padahal misi Nabi Muhammad (SAW) adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Dalam haditsnya, beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.” Hal ini mengingatkan kita untuk selalu mengedepankan akhlak dalam setiap interaksi kita dengan orang lain. Penting untuk tidak menjadikan ilmu lebih penting daripada akhlak, karena akhlak memiliki posisi yang lebih tinggi. Jika kita hanya fokus pada tampilan fisik dalam beragama tanpa memperdalam esensi dari agama itu sendiri, maka bisa jadi kita hanya menyisakan nama Islam tanpa substansi.

Rasulullah (SAW) juga mengingatkan kita dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, bahwa akan datang suatu masa di mana Islam hanya tersisa namanya dan Al-Qur’an hanya tersisa tulisannya. Masjid-masjid akan terlihat megah tetapi kosong dari petunjuk, dan para ulama pada masa itu akan menjadi yang terburuk di antara manusia. Dari mereka akan muncul berbagai fitnah yang akan kembali kepada mereka. Ini adalah peringatan yang harus kita renungkan dan jadikan pedoman dalam beragama.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?