Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menggambarkan maqam spiritual sebagai sebuah bangunan yang memiliki struktur dan elemen-elemen penting. Beliau menekankan bahwa ujian atau bala merupakan fondasi utama dalam membangun kebaikan. Tanpa fondasi yang kuat, sebuah bangunan fisik tidak akan dapat berdiri dengan kokoh; jika pun berdiri, ia akan sangat rentan. Hal ini juga berlaku untuk bangunan spiritual. Maqam kenabian, kerasulan, kewalian, makrifatullah, dan mahabbah (cinta kepada Allah) berdiri di atas fondasi kesabaran dalam menghadapi ujian.
Kesabaran dalam menghadapi bala’ membentuk dan mendidik para rasul, nabi, wali, dan ulama, memberikan mereka pengalaman batin yang mendalam. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menegaskan pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian sebagai fondasi spiritual. Beliau mengingatkan bahwa berlari dari ujian Allah berarti menghindari derajat kewalian dan kedekatan dengan-Nya. Orang beriman seharusnya tidak takut dan tidak berharap kepada selain Allah.
Allah SWT dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa ujian merupakan cara untuk mengukur kesabaran dan cinta manusia kepada-Nya. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman bahwa Dia akan menguji manusia dengan ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, dan Dia memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Selain itu, dalam Surat Al-Mulk ayat 2, Allah menjelaskan bahwa kehidupan dan kematian diciptakan sebagai ujian untuk menyeleksi amal terbaik di antara manusia.
Ujian juga bisa berupa kenikmatan duniawi, yang menuntut sikap syukur dari manusia. Nabi Sulaiman AS mengungkapkan bahwa anugerah Allah adalah ujian untuk melihat apakah ia bersyukur atau ingkar. Dalam berbagai riwayat, Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan bahwa ujian yang paling berat diberikan kepada para nabi, diikuti oleh orang-orang yang lebih rendah derajatnya.
Dengan demikian, bala atau ujian dari Allah menjadi fondasi bagi bangunan spiritual yang kokoh, menciptakan kenabian, kerasulan, kewalian, dan kesalehan pada para rasul, nabi, wali, dan orang-orang saleh. Wallahu a’lam.
