Amal ibadah kepada Allah SWT memiliki potensi untuk diterima atau ditolak. Setiap amal ibadah yang dilakukan oleh umat Islam harus memenuhi ketentuan yang sesuai dan bebas dari sifat-sifat tercela seperti riya, ujub, dan takabur. Salah satu amal ibadah yang pasti diterima oleh Allah SWT adalah shalawat kepada Nabi Muhammad (SAW). Hal ini dijelaskan oleh Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam kitab Kifayatul Atqiya, yang menyatakan bahwa semua amal ibadah berpotensi diterima dan ditolak, kecuali shalawat nabi (SAW) yang dijamin penerimaannya sebagai bentuk penghormatan.
Pembacaan shalawat nabi merupakan bagian dari amal ibadah. Banyak dalil yang menunjukkan bahwa shalawat termasuk amal ibadah, salah satunya adalah hadits riwayat Imam Muslim: “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali” (HR Muslim). Penghormatan Allah SWT kepada Nabi Muhammad (SAW) juga tercantum dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam Surat Al-Ahzab ayat 56: “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad (SAW). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi.”
Ketinggian derajat Nabi Muhammad (SAW) berkaitan erat dengan akhlak yang dapat dicontohkan oleh umat manusia. Allah SWT memuji keluhuran akhlak Nabi Muhammad (SAW) dalam Surat Al-Qalam ayat 4: “Sungguh, kau berada di atas akhlak yang agung.” Dengan derajat dan kedudukan Nabi Muhammad (SAW) sebagai sayyidul awwalin wal akhirin dan sayyidul anbiya wal mursalin, Allah memberikan kehormatan khusus berupa penerimaan amal ibadah shalawat, sementara amal ibadah lainnya masih berpotensi untuk diterima atau ditolak oleh-Nya. Wallahu a’lam.