Setiap individu memiliki jalur spiritual yang unik dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak semua orang menempuh ibadah mahdhah untuk mencapai derajat makrifatullah. Dalam konteks ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menunjukkan bahwa jalan menuju Allah dapat ditempuh dengan cara yang berbeda. Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi mengutip pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengenai amalan dan ibadah yang dilakukannya untuk mencapai maqam wali Allah.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyatakan, “Aku tidak sampai kepada Allah ta’ala dengan shalat malam dan puasa sunnah siang hari. Tetapi aku sampai kepada-Nya dengan kemurahan hati, ketawadhuan, dan keselamatan batin.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa ia menempuh jalan yang tidak lazim, yaitu dengan mengedepankan sikap dermawan, rendah hati, serta menjaga kebersihan hati dari sifat-sifat tercela.
Banyak orang beranggapan bahwa pendekatan spiritual hanya dapat dilakukan melalui ibadah lahiriah. Namun, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menunjukkan bahwa ada berbagai cara yang bisa ditempuh dalam bertaqarrub kepada Allah. Hal ini juga diperkuat oleh Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dalam nazhamnya yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing untuk mencapai Allah.
Syekh Zainuddin menulis, “Setiap orang dari mereka menempuh jalan yang dia pilih sehingga ia menjadi orang sampai (kepada Allah), seperti duduk di tengah masyarakat memberi petunjuk, dan kebanyakan wirid seperti puasa dan shalat, seperti khidmah kepada orang dan memikul kayu bakar untuk disedekahkan.”
Keragaman jalan spiritual ini mencerminkan luasnya rahmat Allah dan sering kali tidak terduga, tetapi semuanya bermuara pada satu tujuan, yaitu wushul ilallah atau makrifatullah. Wallahu a’lam.