- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Sifat Mukhalafatu Lil Hawaditsi: Pemahaman Tentang Perbedaan Allah dan Makhluk-Nya

Google Search Widget

Ulama tauhid menjelaskan sifat al-mukhalafatu atau mukhalafatu lil hawaditsi, yang menggambarkan perbedaan yang mendasar antara Allah (SWT) dan makhluk-Nya. Sifat ini bertujuan untuk menegaskan kesucian dan keistimewaan Allah dari segala kekurangan yang dimiliki oleh makhluk. Dalam konteks ini, ulama mengajak umat untuk menyucikan Allah dari segala kesalahpahaman yang mungkin muncul dalam pikiran manusia mengenai-Nya. Sifat mukhalafatu lil hawaditsi menunjukkan bahwa Allah memiliki kualitas zat, sifat, dan perbuatan yang tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya.

Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ahmad An-Nahrawi, sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan. Sifat mukhalafatu lil hawaditsi menolak segala bentuk bayangan dan imajinasi kita tentang “bentuk” Allah. Sebagai manusia, kita sering kali terjebak dalam pemikiran yang membayangkan rupa Allah, padahal Allah teramat suci dari segala anggapan tersebut.

Syekh Muhammad Fudhali juga menegaskan bahwa Allah (SWT) berbeda dengan semua makhluk, termasuk manusia, jin, dan malaikat. Allah tidak memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk, dan tidak memiliki organ tubuh seperti yang dimiliki oleh mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah suci dari segala sifat makhluk, dan segala yang terlintas dalam pikiran kita mengenai Allah harus ditolak.

Lebih lanjut, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa Allah tidak bertempat dan tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, Allah tidak berada di dalam atau di luar dunia, karena zat-Nya sama sekali berbeda dengan zat makhluk yang memerlukan tempat dan waktu.

Syekh Al-Baijuri menekankan pentingnya tidak terjerumus dalam diskusi yang menyesatkan tentang hakikat Allah, seperti pertanyaan yang diajukan oleh setan mengenai wujud fisik Allah. Menurutnya, tidak ada yang mengetahui hakikat Allah kecuali Allah itu sendiri.

Syekh Muhammad bin Yusuf As-Sanusi menjelaskan bahwa ayat yang menyatakan “Tiada apapun yang sama dengan-Nya” mengandung penyucian Allah dari sifat fisik, serta menegaskan sifat-sifat Allah yang tidak dapat disangkal.

Ulama tauhid berbeda dalam pendekatan memahami teks-teks keagamaan. Kaum salaf cenderung melakukan ta’wil ijmali, sedangkan ulama khalaf melakukan ta’wil tafshili untuk menjelaskan makna yang dimaksud. Argumentasi ulama mengenai sifat mukhalafatu lil hawaditsi berlandaskan pada premis bahwa jika makhluk sama dengan Allah, maka Allah juga akan menjadi makhluk yang baru, yang berarti Dia membutuhkan pencipta lain. Ini adalah suatu hal yang mustahil.

Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Allah memiliki sifat mukhalafatu lil hawaditsi, yang membedakan-Nya dari makhluk-Nya dalam segala aspek.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?